PURWAKARTA-Era disrupsi yang merambah ke dunia pendidikan, membuat kebutuhan akan pelayanan belajar menjadi tidak sama dan merata lagi seperti zaman dahulu.
Pelayanan siswa yang sangat bervariasi di dalam kelas harus mampu diakomodasi oleh guru. Pelayanan yang maksimum ini tentu saja akan dapat memaksimalkan potensi siswa untuk belajar dan juga dapat melayani siswa sesuai dengan potensi dan kecepatannya dalam belajar
“Saat ini ada dua buah regulasi sistem pembelajaran di SMA, yaitu sistem paket yang selama ini dilaksanakan oleh hampir seluruh SMA dan ada sistem Sistem Kredit Semester (SKS). Belajar dengan sistem paket, seluruh siswa mengikuti pembelajaran mata pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah pada tiap-tiap semester,” Kata Ketua Musyawarah Kerja Kepal Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Purwakarta, Asep Sundu Mulyana, saat ditemui di SMAN 1 Cibatu, Jumat (4/10).
Baca Juga:Sinyal Golkar Kuat ke Cellica, Belum Tentukan Calon PendampingNgalokat Cai Nyalametkeun Solokan, Jaga Kekayaan Alam dari Kepentingan Bisnis
Sedangkan untuk sistem SKS ini, sambungnya, siswa memilih mata pelajaran yang ada di semester tertentu dengan satusn SKS yang telah ditentukan.
“Sistem SKS merupakan belajar ala perguruan tinggi yang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem paket yang sudah ada sejak dulu. Di antaranya siswa dapat lebih cepat dalam menempuh pembelajaran,” kata pria yang akrab disapa Asep Sundu ini.
Selain itu, lanjut dia, keunggulan SKS tidak akan ada siswa yang tidak naik kelas. Sebab, bagi siswa yang memiliki nilai kurang bagus dapat mengulangi pelajaran tersebut. “Jadi, kalau ada siswa yang nilai mata pelajarannya buruk, maka cukup mengulangi mata pelajarannya saja. Berbeda dengan sistem paket, kalau tidak naik kelas ini berarti harus mengulang seluruh mata pelajaran,” ujarnya.
Siswa juga, kaya dia, diwajibkan mengikuti Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) dengan cara menyelesaikan modul pembelajaran yang diberikan sekolah. Sedangkan untuk bobot penilaian sistem SKS nantinya akan dilihat dari keaktifan siswa pada kehadiran dan ketuntasan dalam penguasaan di setiap materi mata pelajaran.
Dalam sistem SKS, kata Asep Sundu, lamanya waktu belajar tergantung pada masing-masing siswa, mau cepat atau lambat dalam menyelesaikan pembelajaran sekolah.