Faktor Alam dan Aktivitas Pelabuhan Patimban
SUBANG-Koperasi nelayan di Patimban yakni KUD Mina Misaya Guna sudah 6 bulan tidak melaksanakan aktivitas pelelangan dan produksi tangkapan hasil laut. Hal itu diutarakan Admin KUD Mina Misaya Guna Budi Gunarto kemarin (13/10) saat ditemui Pasundan Ekspres di KUD Mina Misaya Guna, Trungtum, Patimban.
Budi menyebut ada beberapa faktor yang melatar belakangi Koperasi nelayan ini sudah tidak beroperasi sejak kali terakhir produksi pada 10 April 2019 lalu. “Bukan berarti ikan tidak ada ya, nelayan mah setiap hari juga melaut, kita meliburkan diri karena yaa hasil tangkapan hanya cukup untuk mereka makan. Kita lakukan lelang karena ya mereka sendiri, maksudnya, kalau dilelangkan harus ada retribusi, nah mereka tidak sanggup,” kata Budi menjelaskan runut.
Budi memahami, kondisi kesulitan yang dialami nelayan karena kerap kali hasil tangkapan dengan modal yang dikeluarkan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, sejak 10 April lalu hingga saat ini, pihak KUD sama sekali tidak melaksanakan pelelangan ikan.
Baca Juga:Rabbani Bagi-Bagi Jatah Pemilihan DPRMenag: Santri Itu Duta Perdamaian
“Otomatis kita loss semua, kita tidak tau produksi ikan berapa, ya memang setiap harinya saya bilang tadi ada yang melaut, tapi tidak dilelang kesini, disini tidak ada kegiatan operasi,” jelasnya.
Jika merunut kebelakang, Budi juga menyebut, masa ideal KUD beroperasi hanya sekitar 7 bulan. Sebab dalam kurun waktu 5 bulan ada masa paceklik tangkapan ikan. “Kalau tahun lalu, ada hujan itu Oktober, nah udah mulai rame lagi, KUD juga buka, tapi sekarang kan belum ya. Itu kondisinya, tanda-tanda musim barat uga belum kelihatan, biasanya pas masuk musim barat rame lagi” ucap Budi.
Ketika ditanya mengenai faktor adanya aktivitas Pelabuhan Patimban, Budi juga mengakui, secara data yang ia miliki dan sering ia sampaikan pada berbagai pihak, adanya aktivitas pembangunan Pelabuhan Patimban memang turut memmpengaruhi penurunan produksi ikan. “Presentasenya 35-40% penurunannya, kalau nanya ke Nelayan bisa saja itu sampai 70% bahkan lebih, karena memang pernghasilanya menurun. Tapi kalau by data yang kita punya itu ya segitu,” ungkap Budi.