SUBANG-Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi memprediksi tahun depan akan ada pabrik yang berpindah ke kabupaten. Pasalnya, tuntutan Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang tinggi, menyebabkan pabrik mencari UMK yang lebih rendah. Saat ini, perindustrian di Kabupaten Subang ada 115 pabrik. 60 persennya merupakan pabrik padat karya garment.
Kepala Seksi Pembinaan HI dan Jamsos Disnakertrans Subang H. Indra Suparman mengatakan, jumlah pabrik di Kabupaten Subang ada 100 lebih, yang didominasi pabrik garment. Pihaknya memprediksi ada sekitar 5 pabrik yang akan berpindah ke kabupaten lain, pada awal tahun 2020 nanti. Riak-riak akan adanya perpindahan tersebut sudah terlihat jelas. “Kami prediksi pada tahun 2020 nanti, akan ada 5 pabrik di Subang yang akan berpindah ke kabupaten lain,” ujarnya.
Dijelaskan Indra, para pengusaha pabrik memilih kabupaten lain karena mengejar UMK rendah dari Kabupaten Subang. Diduga pabrik akan pindah ke daerah Jawa Tengah, Cirebon dan Majalengka. Padahal menurutnya, industri garment di Kabupaten Subang cukup subur, namun karena UMK yang dirasa tingggi dibandingkan dengan kabupaten lain. Para pengusaha tersebut ingin berpindah ke kabupaten lain. “Alasan UMK tersebut pernah diutarakan salah satu pengusaha, ketika jajak pendapat dengan Disnakertrans,” ungkapnya.
Baca Juga:Anne Siap Sukseskan Program JokowiMenelisik Perjalanan Keramik Plered yang Sudah Ada Sejak Tahun 1795
Jika melihat pabrik garment, Indra menuturkan, banyak pengusaha yang agak kempas-kempis dalam penggajian. Bahkan ada pabrik yang saat ini sudah kesulitan membayarkan gaji pegawainya. Seperti pabrik Gerin Trend Subang yang hanya memiliki karyawan sekitar 200, namun sampai saat ini masih belum membayarkan gaji karyawannya. Tak ayal, karyawannya melakukan demo. “Ini pun bisa menjadi riak-riak pabrik tidak sanggup lagi membayarkan hak pekerjanya. Demonya pekerja di pabrik Gerin Trend, menjadikan salah satu pabrik di Subang sudah mulai terindikasi bangkrut,” tuturnya.
Selain itu, para pengusaha juga terkena dampak dari negara asalnya. Situasi saat ini, membuat kelesuan di berbagai daerah, sehingga para pengusaha khususnya pabrik garment lebih condong memilih memindahkan pabriknya ke daerah yang UMK nya lebih rendah. “Menurut mereka, juga ada dampak di negara mereka berasal, sehingga di daerah terkena efeknya,” ungkapnya.