SUBANG-Rangkaian peringatan Hari Santri Nasiona (HSN) 2019 juga diisi oleh kompetisi pencak silat. Yang berlangsung di aula Kemenag Subang, Sabtu (19/10).
Koordinator kompetisi pencak silat Asep mengatakan , silat adalah bagian dari hubbul wathan minal iman, dimana santri harus siap membela negara. Dengan filosofis kejuaraan yaitu aplikasi menahan diri (taat aturan dan sadar diri).
“Seorang pesilat harus mampu menahan diri, membela diri dan taat aturan paguron,” kata Asep.
Baca Juga:Resmi Dilantik, Jokowi Tegaskan Komitmen Membangun SDMIkan Jawara
Sementara itu jumlah peserta diikuti 185 peserta, yang terbagi menjadi empat katagori, Rampak pa /pi, Tunggal pa/ pi, Pemela kls B pa dan Kls E pa/pi, Pra Remaja putera kelas D E F, puteri A B C D.
Dari jumlah ratusan peserta itu merupakan kontingen utusan dari 20 Ponpes, 4 Paguron, 3 Sekolah dan 2 Madrasah.
Pihaknya juga mengucapkan terimakasih atas kepedulian dari berbagai pihak semoga bantuan dan fasilitas yang mendukung terselenggaranya kompetisi silat ini menjadi ibadah dan berkah.
Menuju pecak silat Subang, hidup, jaya, perkasa dan jawara.
Sementara itu Pembina Panitia HSN KH. Abdul Mumin atau Ki Maung Subang menuturkan perjuangan dan pergerakan kemerdekaan Indonesia tak lepas dari peran santri pondok pesantren melalui Resolusi Jihad yang didengungkan oleh KH. Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama 1926.
“Santri itu bukan hanya mahir baca Kitab Kuning, tapi juga jago silat menjaga para kiayi dan ulama nusantara,” tuturnya.
Menurut Ki Maung Subang silat juga identik dengan jawara, asal kata bahasa arab jiwarun yang artinya dibelakang atau disamping kiayi.
“Jadi jawara silat itu menjaga, mengawal kiayi dan ulama disamping atau di belakangnya,” tukasnya.(dan/cup)