BANDUNG-Hasil research dari sejumlah negara menjadi masukan penting dalam konferensi internasional PAUD dan Pendidikan Keluarga yang digelar Southeast Asia Ministers of Education (SEAMEO) Center of Early Childhood Care and Parenting (CECCEP) selama dua hari di Lembang, Bandung Barat.
Hal itu diharapkan dapat mendorong tercapainya tujuan Sustainaible Development Goals (SDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perkembangan, Pengasuhan, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang Berkualitas.
Direktur SEAMEO CECCEP, Dwi Priyono mengatakan, salah satu tujuan konferensi internasional PAUD adalah membangun komitmen peserta serta sharing mengenai hasil research di masing-masing negara. Bagi Indonesia kepentingannya sangat jelas dalam rangka mencapai tujuan SDGs Nomor 4 butir 2, yaitu memastikan bahwa pada tahun 2030 seluruh anak memperoleh akses terhadap pendidikan pra-dasar yang berkualitas.
Baca Juga:Napak Jagat Pasundan Konsisten jaga KebudayaanPDI Perjuangan Dorong Perda Ketenagakerjaan
“Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas kami fokus kepada research and development, capacity building, dan meningkatkan kualitas pembelajaran PAUD. Di konferensi ini kami bisa tahu, membandingkan, dan menampung hasil research pendidikan pra sekolah di negara-negara lain,” terangnya di Lembang, Minggu (20/10).
Menurutnya setiap bangsa punya contoh baik dalam mengasuh anak, hal itu yang coba dikumpulkan bagaimana lokal wisdom tiap etnik bisa diambil dan diimplementasikan. Seperti bagaimana di Jepang, masyarakatnya rela pajak dinaikkan asalkan uang hasil pajak dialokasikan untuk pendidikan anak usia dini. Semua entitas di masing-masing negara yang base on research menjadi bahan pelajaran untuk didesiminasikan ke guru dan orang tua.
“Semua negara berkomitmen pendidikan pra sekolah atau satu tahun sebelum SD sangat penting dalam membentuk karakter anak. Kita banyak mendapat contoh baik dari beberapa belahan dunia, hasil konferensi ini menjadi menu bahan ajar dalam bentuk modul,” tuturnya.
Kepala Divisi Pendidikan dan Perkembangan anak Usia Dini Tanoto Foundation, Sri Kusuma menemukan, fakta tentang fenomena anak dan balita kecanduan gadget di negara Jepang. Namun kini negeri tersebut telah berhasil melewati masa suram tersebut, karena Jepang sudah masuk society 5.0 sementara banyak negara termasuk Indonesia baru pindah dari 3.0 ke 4.0. Sehingga fenomena kecanduan gawai yang terjadi di Indonesia sebagai hal yang lumrah untuk negara berkembang.