SUBANG– Kondisi panas yang sangat menyengat terjadi beberapa terakhir di Subang. Bahkan, dalam pengamatan Pasundan Ekspres melalui pengukur suhu udara ponsel pada 22 Oktober ini menembus angka 39 °C.
Melalui siaran persnya, BMKG menyebut pada beberapa hari terakhir suhu udara pada siang hari terasa cukup terik. Beberapa stasiun pengamatan BMKG mencatat suhu udara maksimum dapat mencapai 37 °C sejak tanggal 19 Oktober lalu.
Menurut Deputi Bidang Meteorologi Drs. R. Mulyono R. Prabowo, M.Sc menyebut, dalam waktu sekitar satu minggu kedepan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia. “mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya,” katanya kemarin (21/10) melalui laman resmi BMKG.
Baca Juga:Viral, Anggota Dewan Sebut Konstituennya Miskin di MedsosPipa Gas di Proyek KCIC Meledak, Seorang Pekerja Tewas
Bahkan pada tanggal 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 °C, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 °C, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 °C. Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, dimana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 °C. Stasiun – stasiun meteorologi yang berada di pulau Jawa hingga Nusa Tenggara mencatatkan suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35 °C – 36.5 °C pada periode 19 – 20 Oktober 2019.
Lalu, apa penyebabnya?
Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan Khatulistiwa, Mulyono menyebut hal ini erat kaitannya dengan gerak semu Matahari. “Seperti yang kita ketahui pada bulan September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga bulan Desember,” jelasnya.
Sehingga pada bulan Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dsb). Kondisi tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak.
“Efeknya akan meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari,” jelasnya.