Ditulis Oleh : M. Epih Sumaryadi, S.Pd.,M.Pd.
KSPF SMPN di Kab. Subang
Peristiwa pengusiran paksa Kedai Literasi Keliling TBM Teras Ilalang oleh Satpol PP Subang beberapa waktu lalu, mendapatkan reaksi keras dari para pegiat literasi maupun kalangan pendidikan. Betapa tidak, niat baik dan tulus untuk membangun Subang melalui upaya peningkatan budaya membaca di kalangan masyarakat tersebut, justru dijawab dengan pengusiran sepihak oleh pihak keamanan setempat. Adapun ketiadaan izin yang dijadikan alasan oleh pihak Satpol PP pun terkesan mengada-ngada, karena aktivitas tersebut tidaklah termasuk kegiatan komersil, sehingga tidak tepat apabila harus meminta izin terlebih dahulu, terlebih kepada pihak Satpol PP. Hal ini tentunya menjadi pukulan berat khususnya bagi para pegiat literasi kabupaten Subang, yang selama ini tengah berjuang keras dalam membantu pemerintah untuk mencerdaskan anak bangsa.
Tak jauh berbeda dengan nasib Kedai Literasi Keliling, beragam prestasi yang berhasil diraih oleh putra-putri terbaik Subang, justru tidak mendapatkan apresiasi yang semestinya dari pemerintah daerah setempat. Alih-alih mendapatkan dukungan penuh untuk mengukir prestasi, para pahlawan yang telah berjuang keras mengharumkan nama Kabupaten Subang di tingkat provinsi maupun nasional, justru tidak mendapatkan perhatian sebagaimana yang diharapkan. Hal ini pulalah yang dialami oleh para atlet renang yang telah mempersembahkan banyak piala bagi Subang tercinta.
Baca Juga:DPRD Bahas Raperda Penyelengaraan Perhubungan, Parkir Sembarangan DidendaBPBD Siagakan Personel di Lokasi Kebakaran Hutan
Puluhan medali yang berhasil diraih melalui berbagai event bergengsi seperti Kejuaraan Renang Antar Pelajar se-Jawa Barat, Bupati Cup serta kejuaran-kejuaraan bergengsi lainnya seakan tak ada artinya. Minimnya apresiasi yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada para pahlawan tersebut. Adapun PRSI maupun KONI Subang sebagai pihak yang semestinya mengayomi dan memberikan bimbingan dan dukungan penuh, sama sekali tak terlihat perannya dalam memajukan olahraga di Kabupaten Subang.
Jika kita telusuri lebih jauh, minimnya apresiasi kepada mereka yang berhasil mengukir prestasi sebagaimana digambarkan oleh penulis di atas memang bukan tanpa alasan. Minimnya anggaran yang disediakan bagi kemajuan dunia olahraga di kabupaten Subang dari waktu-ke waktu memang menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Hal ini setidaknya terlihat dari banyaknya atlet yang terpaksa harus merogoh kocek sendiri, untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan proses pembinaan maupun kejuaraan itu sendiri.