SUBANG-Mahasiswa Doktoral Ilmu Ekonomi Pertanian IPB University Jojo mengingatkan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin agar sigap dan tidak berleha-leha di awal pemerintahannya untuk mengantisipasi potensi resesi yang sudah ada di depan mata.
“Perlu menempatkan orang – orang yang tepat pada posisinya penting tidak terelakan lagi. Dalam hal ini pemerintah tidak boleh lengah,” ungkap Jojo kepada Pasundan Ekspres.
Dia mengatakan, bayang-bayang resesi antara lain terlihat dari perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dan penurunan daya beli masyarakat. Hal tersebut tercermin melemahnya penjualan otomotif pada semester I-2019. Catatan GAIKINDO menyebut, penjualan mobil pada semester I-2019 sejumlah 481.577 unit. Anjlok 13 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 533.773 unit. Penurunan kendaraan terjadi hampir disemua merk.
Baca Juga:150 Peserta Ikuti Lomba Lintas Alam, Telusuri Hutan Sejauh 10 KMSMAN 1 Cilamaya Peringati Bulan Bahasa
“Selain itu, faktor eksternal memperkuat resonansi resesi dalam negeri. Me-manasnya kembali tensi sengketa da¬gang antara AS – Tiongkok, hingga melaju pada perang mata uang belum reda. Ini dinilai akan memicu ketidakpastian ekonomi global, yang mengarah terjadinya resesi ekonomi dunia,” jelasnya.
Menurutnya, srategi antisipatif perlu dilakukan yakni sinergisitas policy-mix antara kebijakan fiskal dan moneter. Aksi ini urgen dilakukan secara sinergi dalam kurun waktu relatif bersamaan.
“Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) jangan terlambat melakukan gebrakan antisipasi resesi, jangka pendek dan jangka panjang,” ujarnya.
Dia menyampaikan, pemerintah perlu mendongkrak daya beli masyarakat, menjinakan laju inflasi, menggenjot ekspor, serta mendorong pertumbuhan investasi. Disamping fokus pada peningkatan lapangan kerja dan perbaikan upah.
Pengampu kebijakan perlu serius dalam optimalisasi peningkatan industri manufaktur nasional yang masih di bawah harapan. Kemudian, hilirisasi / sektor industri manufaktur ditingkatkan. Ini penting agar target pertumbuhan ekonomi tercapai lewat pemenuhan pasar domestik dan perbaikan pasar ekspor.
“Disamping itu, mendorong konsumsi guna menjaga pertumbuhan ekonomi tinggi serta memeperbaiki jurang defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan (CAD),” ujarnya.
Jojo menyebutkan, Presiden dan Wakil Presiden harus mendorong kinerja birokrasi bersih, persempit ruang korupsi, serta pertajam regulasi investasi yang tepat. Hal ini penting dan mendesak guna menghindari ekonomi biaya tinggi dan menstimulasi laju investasi.