Ketika para pemuda masuk ke dalam sebuah korporasi, maka cepat atau lambat mereka pun akan masuk di dalam penjara fisik yang dibuat oleh korporasi tersebut. Mereka akan menyerahkan pikirannya, untuk kemajuan korporasi tersebut, sedangkan mereka sendiri tidak pernah sadar bahwa mereka dipaksa oleh korporasi untuk menguras pikirannya secara terus-menerus. Gaji yang diberikan oleh korporasi pun, tidak akan benar-benar memenuhi kebutuhan para pemuda, karena gaji tidak akan sesuai dengan pekerjaan maupun kemampuan mereka. Artinya tetap saja, tidak ada yang akan mengubah hidup para pemuda untuk menjadi lebih baik, sekalipun itu adalah gaji yang diberikan oleh korporasi.
Bahkan menurut data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, rerata gaji pegawai di Indonesia hanya sekitar 2,79 juta rupiah. Para pegawai pria menerima gaji rerata 3,05 juta rupiah, sedangkan pegawai wanita menerima gaji 2,33 juta rupiah. Rerata gaji lulusan perguruan tinggi sebesar 4,34 juta rupiah, lulusan Sekolah Dasar kebawah sebesar 1,73 juta rupiah. Berdasarkan data tersebut, artinya gaji para pegawai di Indonesia masih dibawah lima juta rupiah, tentu saja rerata gaji 2,79 juta rupiah itu tidak bisa menunjukkan bahwa ketika para pemuda menjadi generasi yang kreatif atau inovatif, mereka akan mendapatkan gaji yang sesuai dengan kemampuan ataupun pekerjaan mereka.
Oleh karena itu, kini semua godaan yang mengajak para pemuda untuk menjadi sosok yang kreatif atau sosok yang inovatif di era revolusi industri 4.0 harus direfleksikan kembali oleh para pemuda, karena ternyata godaan tersebut tidak bisa memberikan kepastian bagi para pemuda, untuk mendapatkan upah atau gaji yang sesuai dengan pekerjaan mereka. Jadi sebaiknya, momentum sumpah pemuda ini harus dijadikan sebagai kesempatan untuk mengritisi indoktrinasi yang dilakukan oleh para tokoh yang menyuruh para pemuda agar menjadi sosok yang kreatif, atau menjadi sosok yang inovatif. Pemuda jangan hanya asal menganggap bahwa menjadi generasi yang kreatif atau inovatif, akan menjadikan mereka semakin sukses.
Akal Sehat Sebagai Solusinya
Baca Juga:Daday Hudaya Daftar ke Gerindra, Pertama Ambil Formulir PendafataranManfaatkan Limbah Kayu Menjadi Kerajinan
“Hanya yang masuk akallah yang akan berumur panjang,” Georg Wilhem Friedrich Hegel (1770-1831). Pernyataan dari Hegel tersebut, seharusnya dijadikan pedoman bagi para pemuda untuk selalu mengutamakan akal sehatnya dan kemampuan berpikir kritisnya. Para pemuda seharusnya tidak mudah terpancing oleh godaan-godaaan utuk menjadi pemuda yang kreatif atau inovatif.