KARAWANG-Keluarga korban tragedi pesawat Lior Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di Perairan Karawang atas nama Martua Sahata, memilih tabur bunga di Pantai Tanjungpakis Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, Selasa (29/10).
Martua Sahata diketahui satu dari 189 korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang. Martua, merupakan satu dari 10 pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menjadi korban kecelakaan nahas itu.
“Kita tabur bunga di sini karena tabur bunga yang diadakan pihak Lion Air dibatasi hanya dua orang, meskipun anaknya ada tiga,” kata Manurung, keluarga korban.
Baca Juga:Budak Angon Kembangkan EntrepreneurTingkatkan Kemandirian Pangan, Kementan Petani dengan Cultivator
Keluarganya, kata Manurung, kecewa dengan pihak Lion Air yang hanya mengakomodasi dua orang keluarga korban untuk tabur bunga. Sebab, pada tepat satu tahun jatuhnya pesawat nahas itu keluarga ingin mendoakan korban.
Mereka pun menilai acara tabur bunga yang diselenggerakan pihak Lion Air hanya untuk kepentingan perusahaan semata. Ia pun mengaku sempat melayang protes kepada pihak Lion Air.
“Kami semua ingin berdoa. Kalau cuma dua orang, kenapa tidak diwakilkan mereka (pihak Lion Air) saja,” katanya.
Akhirnya, Manurung beserta enam keluarganya memilih berangkat ke Pantai Tanjungpakis dari Kelapa Gading, Jakarta. Mereka berdoa sembari menabur bunga.
“Kenangan tentang dia (korban) masih melekat dengan kami,” katanya.
Manurung pun menyebut keluarganya tidak mengetahui perihal pembangunan monumen di Pantai Tanjung Pakis. Ia justru mengaku tahu saat bertandang ke tempat tersebut.
“Tidak ada informasi kepada pihak keluarga korban,” katanya.
Hari ini, 29 Oktober, satu tahun yang lalu, pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang pada 29 Oktober 2018.
Sebanyak 189 orang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, 5 kru dinyatakan meninggal dunia.(aef/vry)