Kenaikan tarif yang dilakukan pemerintah tersebut akan semakin membuat kebutuhan dan biaya hidup semakin mahal sehingga pengeluaran kita semakin besar sementara mungkin pendapatan yang kita peroleh masih stagnan. Berbagai tarif yang naik tersebut biasanya diikuti dengan kenaikan harga barang-barang di tahun 2020. Maka jika tidak pandai menyiasati bisa jadi kita akan mengalami defisit alias lebih besar pasak daripada tiang, lebih besar pengeluaran daripada penghasilan. Maka salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membiasakan hidup hemat agar penghasilan kita cukup menutupi biaya hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kita perlu bersiap sejak saat ini, salah satunya dengan hidup hemat dan bersahaja untuk menekan pengeluaran. Itu salah satu upaya yang dilakukakan karena untuk sebagian besar rakyat kecil yang berada pada piramida bawah akan sulit menciptakan pendapatan tambahan karena akses yang terbatas.
Cara yang lain bisa dilakukan adalah memberdayakan wakil rakyat kita untuk bisa menangguhkan kenaikan syukur meniadakan kenaikan tersebut, tapi alternatif ini sulit terlaksana karena kecilnya partai oposisi dan sudah merapatnya partai politik kepada kekuasaaan. Inilah dilema ketika terjadi ketidakseimbangan atau hegemoni parpol di DPR yang mengerucut ke Pemerintah dan itu juga merupakan dampak dari pilihan rakyat itu sendiri. Survai kecil menunjukkan , hampir sebagian rakyat memilih anggota Dewan karena gelontoran bantuan untuk membangun wilayahnya karena langsung dapat dirasakan. Komunitas kecil di sebuah pasar tradisional, ketika ditanya tentang pilihannya, mereka menjawab dengan pragmatis, kami memilih yang memberiku sesuatu secara langsung berupa seperangkat alat sholat dan sesudah itu sudah bukan urusan saya. Demikian sisi kelam pemilihan langsung bagi masyarakat berpendidikan rendah di Negara berkembang.
Hidup hemat dan bersahaja ini merupakan ajaran Islam yang luhur. Ajaran berhemat dan bersahaja termaktub dalam beberapa ayat Al Qur’an. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Furqon Ayat 67: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Baca Juga:UTOPIA HAMRohimat, Ruhimat dan Harapan Baru
Allah SWT menyayangi hambanya yang tidak keterlaluan dalam membelanjakan hartanya (bersahaja), yaitu yang tidak berlebihan tetapi juga tidak pula kikir/pelit. Pelit berbeda dengan hemat. Meskipun keduanya sama-sama menekan pengeluaran tetapi memiliki perbedaan mendasar. Hemat berarti mendasarkan pengeluaran pada “prioritas”, dengan tidak melakukan pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting. Sedangkan pelit, memangkas pengeluaran dengan sama sekali tidak mau membayar alias semua serba ingin gratis.