SUBANG-Pembangunan pelabuhan internasional Patimban masih menyisakan persoalan. Salah satunya dampak pembangunan terhadap hasil tangkap ikan oleh nelayan yang diakui mengalami penurunan.
Salah seorang nelayan, Waslim mengatakan, sejak ada pembangunan pelabuhan Patimban, hanya memperoleh Rp200-an dalam sehari. Merosot tajam dari biasanya bisa mencapai Rp1,5 juta per hari.
“Dulu lumayan sampai Rp1 juta per hari, bisa sampai Rp1,5 juga,” ungkap Waslim nelayan yang menggunakan penutup kepala cetok saat menyampaikan aspirasi di depan Kantor Bupati Subang, Senin (4/11).
Baca Juga:Masyarakat Sekitar Pelabuhan Patimban Tuntut PekerjaanEkhsibisi Mengolah Limbah Lingkungan dan Rumah Tangga Bernilai Ekonomis
Kata dia, dengan pendapatan Rp200 ribu itu sudah sangat beruntung untuk saat ini. “Dapat Rp200 ribu saja sudah susah pak, anak bini saya mau dikasih makan apa, nangis itu. Saya punya tiga anak,” ujarnya.
Nelayan menyebut, hasil tangkapan ikan yang berkurang dikarenakan pencemaran dari aktivitas pembangunan pelabuhan Patimban. Menurutnya, pembangunan pelabuhan Patimban menganggu terhadap aktivitas para nelayan.
Dia meminta agar Bupati Subang mendengar dan menindaklanjuti apa yang menjadi aspirasi dari para nelayan. “Kami datang ke sini untuk meminta pertanggungjawaban bupati,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Subang, Adik LF Solihin mengatakan, akan menindaklanjuti apa yang menjadi aspirasi dari para nelayan yang terdampak pembangunan pelabuhan Patimban.
Salah satu langkah konkrit itu persoalan ini, Komisi II DPRD Subang mengusulkan Raperda tentang perlindungan terhadap nelayan kecil dan petani tambak tradisional.
“Perda tentang perlindungan terhadap nelayan kecil dan petani tambak tradisional itu akan kami bahas di tahun 2020,” ujarnya.
Adik mengatakan, akan segera memanggil Dinas Kelautan dan Perikanan untuk mendiskusikan persoalan yang tengah dihadapi oleh nelayan yang terkena dampak pelabuhan Patimban.(ysp/vry)