– Priyono, Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta(UMS)
– Azzahra Husna Faridah,mhs smt 1 Fakultas Geografi UMS
Sampah kebanyakan jadi masalah di beberapa daerah di Indonesia terutama daerah perkotaan yang memiliki luas lahan terbatas dan dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta heterogen, akan tetapi tidak terjadi di desa Kesongo yang memiliki kearifan lokal, bisa merubah sampah menjadi bernilai ekonomi dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan rumah tangga dengan melakukan pengolahan yang sistematis sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan.
Pengelolaan sampah adalah proses yang bertujuan mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Di sisi lain ternyata bagi masyarakat yang kreatif, sampah bisa menyediakan lapangan pekerjaan sehingga mengurangi tingkat pengangguran.
Baca Juga:Laju Pemerintahan Dinilai Lambat, Serapan Infrastruktur Akhir Tahun jadi SorotanPemkab dan BBWS Harus Antisipasi Pergeseran Tanah
Pengelolaan sampah dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Kegiatan mengolah sampah berbeda antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman di area perkotaan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Warga Desa Kesongo, telah berhasil dalam proses pemilahan sampah yang dimasukkan ke keranjang yang sudah dibedakan menurut jenis sampah. Dengan menyediakan keranjang sampah yang dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Keranjang iso bosok yang berarti khusus sampah-sampah yang bisa membusuk (organik) dan Keranjang ora iso bosok untuk sampah yang tidak bisa membusuk (non organik).
Kegiatan yang mulanya dilakukan oleh satu warga itu, kemudian berkembang merayap seakan menjadi racun positif bagi warga yang lain untuk ikut bersama-sama melakukan pemilahan sampah dimulai dari rumah masing-masing warga sampai muncul ide untuk mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Desa Kesongo yang letaknya berdekatan dengan Rawa Pening,sebuah hamparan danau yang memiliki luas perairan 2.670 ha dan 75 % ditutupi tanaman enceng gondok, sangat potensial dan cocok untuk mengembangkan kerajinan tangan. Enceng gondok yang melimpah di Rawa Pening selain dapat menyebabkan pendangkalan wilayah perairan, mengganggu ekosistem, mengurangi estetika perairan, ternyata karunia Tuhan tersebut dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi kerajinan yang unik dan bernilai jual.