Untuk menambah harga beli bahan enceng gondok di petani, warga setempat mengolah kembali enceng sebelum dijual.Warga mengolah enceng gondok menjadi kerajinan asli hasil karya mereka sendiri mulai dari pembabatan enceng gondok dari danau rawa pening hingga proses pemasaran.
Proses pengolahan Enceng Gondok di Desa Kesongo ini dengan pengolahan kembali secara fisik. Yang sebagai bahan kerajinan anyaman hanya tangkai daunnya saja. Bagian tanaman lain yaitu akar,daun,tunas dan bunganya dibuang. Daun eceng gondok bisa dipakai untuk kompos atau makanan ternak.
Tangkai Eceng Gondok yang sudah di pilih dibersihkan dengan air bersih. Setelah itu dijemur kurang lebih selama 7hari dengan terlebih dahulu dikeluarkan kandungan airnya dengan di pres secara manual pengeringan akan lebih cepat. Pengelompokan tangkai eceng gondok berdasarkan panjangnya atau besar penampangnya. Tangkai yang sudah kering dapat dibelah belah menjadi bagian-bagian yang lebih tipis. Sebelum membelah dan membentuk anyaman, pengrajin perlu membuat pola produk yang akan dihasilkan, bisa membuat pola tas ataupun sepatu dan aksesoris lainnya. Pembuatan pola ini diaplikasikan pada kertas koran atau cukup digambar.Setelah produk sudah terbentuk, maka selanjutnya kita bisa mewarnai atau melakukan finishing.
Potensi enceng gondok menjadi kerajinan sangat besar karena dapat diolah menjadi berbagai macam kebutuhan rumah tangga, souvenir, hingga kebutuhan fashion dengan desain unik dan memiliki peluang pasar yang luas. Di Desa Kesongo juga terdapat UMKM kerajinan enceng gondok yaitu Bemboo Art Kesongo dan Bengok Craft.
UMKM di Kesongo memberdayakan masyarakat melalui pengembangan pengolahan enceng gondok menjadi aneka kerajinan. Karena mayoritas Desa Kesongo sebagian menjadi petani enceng gondok.
Mereka juga bekerjasama dengan perangkat desa Kesongo, untuk melakukan workshop demi upcycle para petani enceng gondok agar memiliki skill untuk berkreasi di bidang kerajinan. Membutuhkan waktu dan kerja keras, namun perlu ada yang memulai dan memfasilitasi Bengok Craft yang merupakan UMKM kerajinan enceng gondok di Kesongo bekerjasama dengan petani dan warga setempat untuk mengembangkan usaha pengolahan enceng gondok. Petani hanya mendapat upah dari penjualan eceng gondok kering Rp 5 ribu per kilogramnya. Dari 40 kilogram eceng basah, jika dijemur akan menyusut jadi maksimal 6 kilogram. Omzet Bengok Craft rata-rata Rp 15 juta per bulan. Mengingat pengrajin masih terbatas, dan akan terus dikembangkan. Sepuluh kilogram eceng gondok kering dapat dijadikan 100 buku siap jual. Dipotong ongkos produksi keseluruhan hanya Rp 30 ribu. Mulai dari pembelian kertas, lem hingga upah pengrajin.