BANDUNG-Koalisi Cinta Flora dan Fauna Jawa Barat menyebut keberlanjutan dan ketersedian sumber daya alam sering kali diabaikan di tengah kesadaran kolektif, perihal kontribusi sumberdaya alam bagi pembangunan di semua sektor.
Hal demikian menjadi kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan semakin menipisnya sumberdaya alam yang ada dan seharusnya tetap terjaga.
Dedi Kurniawan mewakili Koalisi Cinta Flora dan Fauna Jawa Barat mengatakan, ketika sumberdaya alam ini semakin terabaikan secara kuantitas dan kualitas, dampak yang akan terjadi justru akan menghancurkan berbagai pembangunan di segala sektor.
“Timbulnya krisis pangan menjadi variable yang mempengaruhi sektor ekonomi dan pembangunan SDM. Belum lagi jika terjadi krisis air, dan krisis moral memahami isu lingkungan,” jelasnya kepada Pasundan Ekspres, Selasa (12/11) usai melakukan aksi di Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat.
Koalisi Cinta Flora dan Fauna menilai skala prioritas pembangunan pemerintah pusat tidak diimbangi dengan adanya peranan fungsi Pemda. Pemda memiliki kewenangan dalam mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Baca Juga:Hingga November, Serapan Anggaran Baru 63,24 PersenPengusaha Terseret
“Disfungsi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat beserta jajarannya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BBKSDA Jabar), Perum Perhutani sebagai BUMN semakin terasa jauh dari amanat Undang-Undang,” katanya.
Dia mengatakan, hal ini bisa dirasakan dengan berbagai proyek infrastruktur jalan, pelabuhan, bandara, alih fungsi hutan menjadi perkebunan skala besar. Belum lagi pembiasan dan pembiaran pelanggaran yang terjadi dalam Cagar Alam Gunung Guntur, Taman Wisata Alam Cimanggu Praktek Pengelolaan Hutan Di Kawasan Perhutani.
“Ditambah lagi kehadiran kepentingan pertambangan yang selalu tidak disertai kejelasan pengganti hutannya. Kebakaran hutan yang melanda kawasan sekitar 1.000 Ha lebih di berbagai wilayah. Yang paling mengejutkan ialah penurunan status kawasan cagar alam dengan mudah menjadi Taman Wisata Alam, ditambah seluas Kota Cimahi. Hal-hal tersebut menjadi indikasi yang semakin menegaskan kawasan hutan di Jawa Barat bukan hanya kritis, akan tetapi hilang,” jelasnya.
Dedi menyampaikan, bagi flora dan fauna, kemerdekaan Indonesia sekedar peralihan rezim belaka, yang hanya memperlihatkan pada pergantian aktor. Semakin banyak konflik satwa liar dengan manusia, hilangnya populasi banteng di Gunung Sancang, terancamnya habitat satwa endemik (khas) Jawa Barat.