Oleh: 1.Priyono, Dosen Fakultas Geografi Universitas
Muhammadiyah Surakarta(UMS)
2.Siti Nur Aisah,
Mahasiswa Semester 1 Fakultas Geografi UMS
Saat ini kaum milineal sedang gandrung akan teknologi yang bernama gadget. Tidak dapat dipungkiri bahwa benda kecil ini dapat memberikan dampak yang begitu luar biasa dalam hidup seseorang. Sudah bukan hal yang baru saat ini kita hidup di era industri 4.0 dimana segala sesuatu sudah dikerjakan secara digital. Seluruh kalangan usia dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi dengan cepat menggunakan smartphone, tidak hanya itu saja smartphone juga digunakan sebagai sarana untuk bertukar aktivitas, berkirim kabar serta mengunggah foto di media sosial. Dan yang lebih keren lagi, alat tersebut sudah biasa digunakan dalam perkulihan untuk mendapatkan reference sampai sebagai media diskusi dan menyelesaikan persoalan yang berkembang dalam kuliah. Handphone sudah jadi kebutuhan akademik, pendek kata gadget sudah merambah di dunia akademik dan sebagai sesuatu keajaiban yang tidak dapat dipisahkan dengan profesi  seseorang. Rasanya akan kehilangan sesuatu yang berharga ketika handphone tidak dalam genggaman. Selain keunggulan yang telah dijelaskan di atas, tidak jarang beberapa mahasiswa di perguruan tinggi belum memanfaatkan secara maksimal fitur yang ada sehingga masih banyak hal yang mubazir jika dibandingkan dengan harganya bahkan masih dijadikan ajang untuk pamer atau ria’ atas kegiatannya, ini yang harus dihindari.
Tak pelak  lagi hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan sosial antar mahasiswa satu dengan yang lainnya. Terlebih lagi di kalangan mahasiswa media sosial dapat dijadikan sebagai wadah untuk ajang mengekspresikan diri. Akan tetapi di usia seperti sekarang ini banyak yang salah dalam menafsirkan dan menggunakan  media sosial itu sendiri seperti instagram, twitter, facebook, dll. Mereka terkadang merasa bahwa yang memiliki followers dan like terbanyak adalah yang paling kekinian diantaranya. Sifat egoisme centris dan penilaian pengakuan yang mengalami deviasi harus dihandiri bila tidak ingin terjadi apa yang dikenal dengan istilah menyombongkan diri bahwa dirinya merasa lebih dibanding yang lain atau katakanlah over confidence