Dari cahaya fajar saya melihat salju di kanan kiri kereta. Padahal ini baru pertengahan Oktober 2019.
Saya lihat Robert masih tidur. Demikian juga dua penumpang di tempat tidur seberang. Posisi kepala mereka sama: kebalikan dari saya. Ternyata saya salah memposisikan kepala di dekat jendela.
Ufuk timur kian terang. Salju kian jelas. Gunung-gunung bersalju semua. Demikian juga lembahnya. Pinggir danaunya. Tepi sungainya.
Tidak terlihat lagi gurun. Kami sudah 20 jam di kereta.
Baca Juga:Pedagang Kalijati Mulai Tempati Pasar Sementara, Berharap Usaha Kembali NormalYayasan Nurul Aulad Yasa Bangun Rumah Singgah Anak Yatim
Ternyata ini sudah wilayah Provinsi Gansu. Baru saja meninggalkan Provinsi Xinjiang.
Saya pun berimajinasi: sebentar lagi tiba di stasiun Lanzhou. Ibu kota Gansu.
“Jam berapa kereta tiba di stasiun Lanzhou?” tanya saya pada petugas kereta.
“Jam 10. Empat jam lagi,” jawabnya.
Ampun. Ternyata masih empat jam lagi.
“Untuk apa bertanya jam berapa sampai Lanzhou?,” tanya Robert. “Toh kita masih harus di kereta ini 36 jam lagi,” tambahnya.
Saya tetap merahasiakan rencana untuk menyenangkannya itu.(Dahlan Iskan)