Masihkah ada harapan untuk Krakatau Steel?
Tidak mudah.
Tapi masih ada anak usaha KS yang labanya besar: pelabuhannya masih bisa laba Rp 200 miliar setahun.
Pelabuhan itu memang istimewa. Yang terdalam di Indonesia. Kapal 200 ton bisa sandar. Lokasinya menghadap, Gunung Krakatau di Selat Sunda.
Dengan demikian bahan baku bisa masuk Cilegon dalam jumlah besar. Yang ongkosnya bisa menjadi lebih murah.
Masih ada lagi.
Baca Juga:Target Pelabuhan Patimban Dibuka Tahun 2020Hadir di Subang, Partai Gelora Kawal Jimat Akur
Usaha penjernihan airnya juga masih bisa laba Rp 100 miliar. Semua industri besar di Cilegon membeli air dari KS. Pun Pemkot Cilegon.
Pelabuhan itu, dan air bersih itu, bukan usaha pokok. Laba besar tersebut tertelan begitu saja oleh kerugian besar yang di usaha pokoknya.
Di usaha pokok, KS punya saham 30 persen di pabrik baja yang baru. Yang sangat besar: PT Krakatau Posco.
Itu merupakan perusahaan patungan antara KS dan pabrik baja Korea Selatan, Posco. Posco memegang 70 persen saham dan karena itu manajemen Krakatau Posco dipegang oleh Korea.
Karena masih baru PT Krakatau Posco masih rugi. Sangat besar. Bahkan sampai harus melakukan restrukturisasi utang.
Kerugian di Krakatau Posco itu pun 30 persennya menjadi kerugian Krakatau Steel. Itulah sebabnya KS yang rugi mendapat tambahan rugi.
Di KS juga masih ada dua pabrik baru lagi. Hasil joint venture dengan dua perusahaan Jepang.
Di masing-masing perusahaan Krakatau Steel memegang saham 20 persen.
Baca Juga:Lima Orang Meninggal Dunia karena TBCBawaslu Gelar Media Gathering, Peran Media Sepanjang Pemilu Dievaluasi
Dua perusahaan baru ini sebenarnya sudah berlaba. Cepat sekali. Tapi labanya masih kecil. Belum banyak bisa mengurangi kerugian KS yang besar.
Dua perusahaan patungan dengan Jepang ini setidaknya tidak menambah besar kerugian KS.
Kerjasama dengan Jepang ini pun membawa harapan baru: pasarnya terjamin. Produk bajanya 100 persen untuk memasok pabrik mobil Jepang yang ada di Indonesia.
Merintis patungan dengan Jepang ini awalnya tidak mudah. Keputusan menggandeng Jepang ini ditentang oleh banyak petinggi zaman itu. Dianggap bisa mengganggu pemodal Korea di Krakatau Posco.
Korban pun jatuh. Ada yang harus kehilangan jabatan.
Tapi saya yakin mengorbanan orang itu tidak sia-sia.