SUBANG-Sebanyak 5 orang meninggal dunia disebabkan penyakit TBC (Tuberkulosis) sepanjang tahun 2019. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Subang, dr. Maxi kepada Pasundan Ekspres, kemarin.
Menurutnya, setiap tahunya ditemukan 2.500 kasus dari 4.000 estimasi penderita TBC. Mereka tersebar diseluruh wilayah di Kabupaten Subang. “Penyakit TBC ini sangat mematikan jika dibiarkan. Karena bisa menyebabkan kematian, seperti terjadi pada 5 orang penderita yang telah meninggal dunia pada tahun ini,” katanya.
dr. Maxi menyebtu 2.500 kasus itu mulai dari TBC tanpa komplikasi, TBC dengan Kompilkasi, TBC dengan hipertensi, TBC pada anak, TBC dengan kencing manis dan juga TBC dengan HIV Aids. Khusus penderita TBC dengan HIV Aids, kebal terhadap obat (multiple drug resistence). “TBC penyakit yang menular langsung, sehingga ketika penderita TBC berbicara akan mengeluarkan 1500 partikel, ketika batuk 450 ribu partikel dan saat bersin akan keluar 1 juta partikel yang keluar dari mulut,” terangnya.
Baca Juga:Bawaslu Gelar Media Gathering, Peran Media Sepanjang Pemilu DievaluasiJebolan BLK Al-Muhajirin Sukses Buka Usaha
Dia mengaku kesulitan menemukan penderita TBC lantaran banyak penderita yang datang ke toko obat atau apotek saat terjadi gejala batuk berdahak tersebut. “Seharusnya penderita memeriksakan dirinya ke Puskemas ataupun rumah sakit terdekat,” ucapnya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit TBC, lanjut dr Maxi, Dinkes SUbang membentuk DPPM (distrik public privat mix) yang bertujuan menisinergikan pemerintah dan rumah sakit swasta serta masyarakat, untuk mulai dari diagnosis (menemukan), mengobati, mencatat penderita dan melaporkan penderita. “Tujuan DPPM dibentuk sebqagai upaya kami menurunkan penderita TBC di Kabupaten Subang, dengan cara membangun jejaring eksternal, mendeteksi semua kasus TBC yang ada,” ungkapnya.
Lebih lanjut Maxi menjelaskan Dinkes Subang mendapat bantuan 2 alat berupa mesin canggih (Zen Expert) dari Yayasan Global Fun. Alat itu bisa mendiagnosa orang yang terkena penyakit TBC. “Alat itu hanya tersedia 2 alat, satu di puskesmas Pamanukan dan satuny lagi di RSUD kelas B Subang. Sehingga masyarakat jika merasa batuk berdahak atau batuk lainya, agar memeriksakan diri ke puskemas dan RSUD kelas B subang agar bisa di diagnosa dengan mesin canggih tersebut,” pungkasnya.(ygo/sep)