Oleh: Drs. H. Priyono, M.Si.
Dosen dan Wakil Dekan I, Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Musim hujan nampaknya sudah tiba, di wilayah Solo Raya sudah diguyur hujan disertai dengan angin kencang yang melanda di beberapa daerah sehingga BMKG menghimbau agar kita waspada menghadapi dampak yang ditimbulkan dari perilaku musim ini, mulai dari banjir, tanah longsor, angin putting beliung dan angin yang lain yang bisa menimbulakna korban baik nyawa manusia maupun harta. Mestinya, semua perangkat penampung air hujan mulai dari selokan, sungai dan kanal harus direstorasi sebelum musim hujan untuk mengurangi resiko bahaya yang ditimbulakan. Pernahkah kita berfikir tentang fungsi sungai di belahan dunia ini?
Pernahkah kita berfikir bahwa keberadaan sungai di bumi ini adalah salah satu  bentuk keseimbangan yang diciptakan oleh Sang Khalik. Relief bumi yang beaneka ragam mulai dari yang halus sampai yang kasar, mulai dari yang bergelombang sampai berbentuk pegunungan atau gunung adalah sebuah keseimbangan. Ada daratan dan lautan adalah bentuk keseimbangan. Namun sayang perlakuan kita terhadap ciptaan Alloh berupa sungai tidaklah seindah apa yang seharusnya dilakukan. Banyak sungai yang merana karena perlakuan manusia sehingga rusaklah keseimbangan tersebut. Bukankah Alloh swt sudah memerintahkan dalam Al Qur’an surat yg ke 55 ayat 8 Jagalah keseimbangan, jangan kau rusak keseimbangan tersebut. Sungai merupakan karunia Alloh swt yang luar biasa yang harus kita pelihara dan restorasi karena fungsinya untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia.
Awal bulan ini tersiar kabar bahwa aliran Sungai Bengawan Solo mengalami pencemaran parah. Selain ikan-ikan yang mati, pencemaran tersebut juga menyebabkan tiga Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik Perumda Air Minum Toya Wening Solo sempat berhenti beroperasi. Akibatnya, layanan terhadap sekitar 16.000 pelanggan perusahaan air minum daerah itu sempat terganggu. Pencemaran aliran sungai terpanjang di Jawa itu menyebabkan produksi di IPA Semanggi terhenti karena tidak mampu mengolah bahan baku air yang tercemar tersebut. Warna air sungai sangat pekat dan sangat berbau sehingga alat pada IPA berhenti mengolah air karena air yang tercemar limbah separah itu melebihi kapasitas alat yang dimiliki. Pemcemaran telah menyebabkan kualitas air sungai tersebut sangat jauh di bawah baku mutu.