Dari Pemerintahan untuk Kemaslahatan Umat
KARAWANG-Sejatinya Nurhasan (45) tak pernah bercita-cita menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Sebagai anak tunggal di keluarganya. Nurhasan hanya ingin mendedikasikan hidupnya kepada orang tua. Termasuk menekuni ilmu agama, dengan harapan bisa menolong orang tuanya di kehidupan setelah mati.
Lahir di Karawang, 7 Oktober 1974. Nurhasan kecil dibesarkan di lingkungan keluarga petani. Ayahnya H. Nursalim merupakan petani ulung di wilayah Kecamatan Cilamaya Wetan. Sementara sang ibu, Hj. Umi Kulsum. Dikenal masyarakat sebagai pribadi yang alim dan santun. Yang sering mengikuti kajian dari majelis ke majelis.
“Saya tidak pernah bercita-cita jadi ASN. Bahkan kalau harus memilih, saya mau jadi Dai saja. Tapi mungkin takdir saya begini. Jadi harus menikmati ke duanya” ungkap Nurhasan, Rabu, (25/11/2019).
Baca Juga:Nasib Guru Honerer, Sebuah Refleksi di Hari Guru NasionalPerhari 13 Warga Subang jadi Janda, 400 Pasangan Bercerai Tiap Bulan
Kisahnya di mulai saat masih berseragam putih abu-abu. Untuk pertama kalinya, di kelas 3 SMA Nurhasan berceramah di depan khalayak. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk menjadi Dai. Dan mengabdikan sertus persen hidupnya, untuk kemaslahatan umat.
“Waktu itu tahun 1995. Pertama kali saya berdiri di panggung sebagai Dai. Rasanya nikmat,” ujar Nurhasan.
Kesukaannya berdakwah diteruskan hingga ke bangku perkuliahan. Saking lihainya, Nurhasan sempat di juluki Zainudin MZ Muda oleh teman-teman sejawatnya di bangku kuliah.
“Ya karena saya mengidolalan beliau. Saya hafal materi-materi dakwahnya, termasuk bisa menirukan suara dan gaya bicaranya,” ungkapnya.
Namun, pergelutan dengan batinnya terjadi sesaat sebelum lulus dari Unpas Bandung. Sang Dai muda bingung, untuk memilih antara meneruskan sebagai abdi masyarakat sesuai jurusan kuliahnya. Atau bertahan sebagai mubaligh demi kemaslahatan umat sesuai cita-citanya.
“Sempat saya bergelut dengan batin. Saya kuliah seperti ini, sayang kalau tidak dipakai ilmunya. Tapi saya juga tidak mau meninggalkan dunia dakwah. Hingga akhirnya saya saya putuskan jalani ke duanya,” tuturnya.
Lulus dari Unpas Bandung tahun 2003. Nurhasan tak berfikir panjang untuk menjadi tenaga sukwan di Kecamatan Cilamaya Kulon, setelah terjadi pemekaran Kecamatan Cilamaya.
Baca Juga:HGN, Guru dan Ortu Siswa Jadi Petugas UpacaraDua Penemu Balon Udara PDI Perjuangan Diberi Hadiah
Karirnya di pemerintahan terbilang cukup gemilang. Sembilan tahun menjalani dua bidang yang berbeda. Akhirnya Nurhasan di angkat jadi PNS dan jadi pelaksana Kasie Kesos tahun 2014.