“Sudah 16 tahun saya jadi PNS. Saya tak pernah melalaikan tugas. Baik saat menjadi Dai atau bekerja di pemerintahan,” ucapnya.
“Lagi pula, saya sudah terbiasa. Saya melakukan ke dua hal ini dengan manajemen waktu yang baik,” imbuhnya.
Nurhasan menceritakan, sebagai Dai yang juga seorang ASN. Jelas ia berbeda dari mubaligh kebanyakan, atau juga ASN pada umumnya.
Baca Juga:Nasib Guru Honerer, Sebuah Refleksi di Hari Guru NasionalPerhari 13 Warga Subang jadi Janda, 400 Pasangan Bercerai Tiap Bulan
Tak jarang, kata Nurhasan, dirinya berceramah mengisi pengajian di majelis tak’lim dengan pakaian dinasnya.
“Ya saya mengisi waktu pengajian di sesuaikan dengan seragam dinas. Ribet kalau harus gonta-ganti. Lagi pula, jama’ah mengerti dengan posisi saya,” katanya.
Pasalnya, Nurhasan selama tujuh hari dalam sepekan, tak pernah absen mengisi kajian di majelis tak’lim. Apa lagi di bulan Maulid seperti saat ini. Tak sedikit undangan dari jama’ahnya untuk mengisi ceramah dari kampung ke kampung.
“Saya sangat mencintai dunia dakwah. Jadi ASN seperti sekarang, sebenarnya bukan cita-cita. Bahkan kalau harus memilih, saya lebih suka jadi Dai,” timpalnya.
“Kan sama saja. Jadi ASN mengabdi untuk kepentingan masyarakat. Jadi Dai mengabdi untuk kemaslahatan umat,” pungkasnya. (cil/cup)