Memang ia pernah menjabat Wakil Direktur Utama PLN. Tapi itu sudah 10 tahun lalu. Sebelum ada kubu-kubuan.
Memang ia bukan orang teknik. Bukan elektro. Tapi sudah pernah menjadi wadirut lima tahun. Ia sudah sangat paham masalah PLN –yang teknis sekali pun. Ia sudah ”orang dalam” PLN.
Di PLN Rudiantara banyak menangani energi primer. Yakni yang menangani pengadaan solar, batu bara, gas, dan sejenisnya. Di zaman ialah PLTGU Muara Tawar berubah total. Dari 100 persen Solar ke 100 persen gas.
Itu berarti sebuah penghematan sekitar Rp 3 triliun sendiri setahun.
Baca Juga:Partisipasi Pemilih Pilkades Serentak di KBB MeningkatApresiasi Formasi CPNS untuk Disabilitas
Ia memang tidak termasuk yang saya ajak di BOD. Padahal, saya menilai ia mampu. Beberapa staf juga mengusulkannya. Tapi saya telanjur menghapus jabatan wadirut. Sedang untuk menjadikannya direktur saya merasa tidak sopan: menurunkan jabatannya.
Saya benar-benar salut pada pengambil keputusan ini. Kok terpikir nama Rudiantara. Kok bisa merayunya agar mau untuk turun pangkat.
Pemilihan Rudiantara bisa menghindarkan PLN dari persoalan tarik-menarik.
Sesekali alumni Universitas Padjadjaran Bandung menjabat Dirut PLN. Memang bukan dari fakultas tekniknya, tapi dari jurusan statistik. Tidak terlalu jauh. Pasti lebih baik dari sekadar lulusan pesantren seperti saya.
Apalagi Rudiantara pernah menjadi Wadirut Semen Gresik. Pernah juga jadi CEO banyak perusahaan besar.
Naluri bisnis Rudiantara sangat baik. Keahliannya di bidang keuangan juga istimewa.
Kedisiplinan salat lima waktunya jangan ditanya.
Di PLN itu titik beratnya ”hanya” pada leadership. Ahli-ahlinya luar biasa banyak. Yang lebih berat adalah masalah politiknya. Saya bisa bercerita banyak soal ini.
Terlalu banyak proyek di PLN. Terlalu besar-besar nilai proyeknya. Anggaran di PLN jauh lebih besar dari kementerian Kominfo. Dari segi anggaran Rudiantara jelas naik pangkat.
Baca Juga:Kemenag akan Pantau Pengajian Tertutup, Waspadai Radikalisme di Akhir TahunIni Visi Pembangunan Desa Kotasari
Saya yang justru pernah turun pangkat. Saat dipindahkan dari jabatan Dirut PLN menjadi Menteri BUMN.
Turun pangkat?
Benar.
Dirut PLN gajinya Rp 170 juta/bulan.
Menteri BUMN gajinya Rp 19 juta/bulan.
Untung penurunan itu tidak terasa –saya tidak pernah melihat keduanya.
Dari segi ini, siapa bilang Pak Rudiantara turun pangkat.