“Pengguna pemanas air tenaga surya di Indonesia masih terbatas di perumahan atau komplek-komplek besar dan mereka juga sebenarnya belum peduli dengan penghematan. Walaupun sebenarnya metode kerja yang dipasaran tidak efisien, karena masih menggunakan pemanas listrik,” bebernya.
Selain itu, pemasangan panel surya terbilang irit karena tidak membutuhkan lahan yang luas untuk memproduksi listrik lantaran bisa diletakkan di atap rumah. “EcoSol Sunheat memanfaatkan tenaga matahari yang melimpah di alam terbuka. Apalagi sebagai negara tropis yang kaya akan cahaya matahari, Indonesia mestinya bisa memanfaatkan energi alam ini,” tuturnya.
Kini, Dobson serta keluarganya sudah lama tidak pernah menggunakan air dingin karena telah tersedia air panas untuk mandi. Saking dinginnya udara Lembang, untuk mencuci piring sekali pun, keluarganya hanya memanfaatkan air hangat yang ada di rumahnya.
Baca Juga:Kekurangan 3.500 Guru PNS, Kualitas Guru Masih Rendah14 Armada Sampah Dinas Kebersihan Rusak
Meski bisa disebut belum lama menciptakan EcoSol Sunheat, Dobson mengaku, karyanya sudah dimanfaatkan sejumlah hotel di wilayah Bandung dan mereka menyampaikan testimoni jika alat ini berhasil menghemat gas serta listrik.
Pria yang sehari-harinya menjadi peneliti sekaligus merangkap sebagai asisten dosen di Unpar Bandung ini menyadari alat yang dibuatnya memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kelebihannya bisa menghemat penggunaan gas hingga lebih dari 20 persen, sedangkan kekurangannya tetap harus ada gas sebagai backup kalau tidak ada sinar matahari,” ucapnya.
Dobson masih akan mengembangkan karya panel suryanya agar bermanfaat bagi banyak orang dan multifungsi untuk bantu memudahkan pekerjaan manusia. “Panel sudah dicoba membantu mengeringkan garam jadi lebih cepat. Impiannya saya bisa dijadikan sebagai alat pembangkit listrik tapi itu perlu penelitian lagi,” tandasnya.(eko/sep)