Oleh : Dahlan Iskan
Tidak ada lagi orang seperti Ciputra. Yang meninggal dunia di Singapura 27 November lalu. Di usia beliau yang 88 tahun.
Dan tidak akan ada lagi.
Tidak akan ada orang yang berjuang keras untuk memajukan sebuah perusahaan daerah, lalu mendapat penghargaan besar seperti beliau.
Termasuk mendapat saham, biarpun kecil.
Zaman sudah berubah.
Jangankan penghargaan. Jangankan diberi saham. Salah sedikit justru akan masuk penjara!
Baca Juga:Pompa Intik PDAM Terbakar, Aliran Air di Kalijati dan Purwadadi Mati10 Anak di Subang Rawan Gizi, 2 Meninggal Dunia
Awalnya Ciputra memajukan perusahaan daerah milik Pemda DKI Jakarta. Yang belakangan terkenal dengan nama PT Pembangunan Jaya.
Itulah karir pertama Ciputra di dunia usaha. Setelah beliau lulus dari ITB Bandung.
Beliau dipercaya oleh Gubernur Jakarta Soemarno. Tidak diberi modal. Hanya diberi proyek: Pasar Senen.
Yang setor modal, menurut catatan Christianto Wibosowo, hanya empat orang: Hasyim Ning, Dasaat, Sucipto (Asuransi Bumiputera) dan Yusuf Muda Dalam (Gubernur BI saat itu).
Mereka itulah yang dikenal sebagai orang kaya raya di akhir masa pemerintahan Bung Karno.
Belum ada Lim Sioe Liong, Mochtar Riyadi, Bambang Hartono apalagi Datuk Tahir.
Di tangan Ciputra perusahaan daerah itu maju pesat. Lebih maju lagi di zaman Gubernur Ali Sadikin. Yang gila membangun itu.
Gubernur berikutnya memercayainya lagi. Sampai tujuh gubernur.
Baca Juga:Elis Kembali Jabat Pj Kades BojongtengahNina Dorong Peningkatan Kualitas SDM Jawa Barat
PT Pembangunan Jaya berada di tangan orang hebat dalam kurun waktu yang panjang. Sekali lagi, kemajuan yang nyata hanya bisa diraih oleh pemimpin yang hebat –dalam kurun waktu yang panjang.
Pemimpin yang hebat biasanya juga melahirkan banyak doktrin. Doktrin tertingginya adalah entrepreneurship: “Pengusaha adalah siapa pun yang bisa mengubah rongsokan menjadi emas”.
Taman Impian Jaya Ancol adalah salah satu rongsokan itu. Ancol telah menjadi legenda Ciputra: dari pantai comberan, sarang nyamuk, gelandangan, jin buang anak, menjadi taman rekreasi impian.
Banyak lagi, puluhan karya Ciputra yang seperti itu.
Lalu ini: bermetamorfose!
Setelah melahirkan banyak pemimpin muda di perusahaan daerah itu –salah satunya Eric Samola, mentor saya– Ciputra menjadi ‘kurang pekerjaan’.
Banyak sekali kesibukan yang sudah diserahkan kepada para pemimpin muda. Ciputra tinggal menjadi semacam Mentor Agung.