Oleh: Drs. H. Priyono, M.Si.
Dosen dan Wakil Dekan I
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Beberapa minggu lagi Perguruan Tinggi akan melakukan hajad besar berupa pelaksanaa ujian akhir semester yang merupakan salah satu assesement terstruktur yang dilakukakn secara serentak. Ujian merupakan salah satu metode evaluasi untuk mengetahui keberhasilan mengajar. Masih ada jalan lain seperti tugas, diskusi, presentasi, praktikum, studio dan lainnya agar pemahaman materi bisa diserap secara komprehensif. Ujian juga dimaksudkan untuk memahami apakah kompetensi siswa sudah tercapai sesuai dengan rencana pembelajaran yang dituangkan dalam rencana pembelajaran mingguan. Sehingga di berapa Perguruan Tinggi yang mendambakan kualitas mutu maka sudah pastilah soal ujian itu direview oleh ahli serumpun untuk memastikan kompetensi sudah tercover.
Sebagai bagian dari siklus pembelajaran, suatu hal yang tidak kalah penting adalah monitoring atau pengawasan saat berlangsungnya ujian. Meskipun di beberapa program studi sudah memasang CCTV di setiap sudut ruang ujian tapi kehadiran pengawas masih dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa anda masih tetap dalam pengawasan dengan rasio pengawas mahasiswa 1: 20 ( kasus di Universitas Muhammadiyah Surakarta). Pada bagian pengawasan ini, suatu event krusial kadang masih kita dapati perilaku menyimpang yang dinamakan Sontek dan perilaku tidak percaya dengan berbuat curang pada saat ujian yang bisa berupa bertanya dng teman sebelahnya atau menggunakan smarthphone dll. Ini adalah awal korupsi yang harus dipangkas sebelum mereka menjadi pemimpin di masa yang datang. Perilaku ini akan menimbulkan ketidakadilan dan akan menghasilakan nilai yang semu, yang tidak sesuai kemampuan mahasiswa dan akhirnya bermuara pada suasana akademik yang tidak kondusif.
Kebisaan buruk semacam ini bisa jadi sudah dimulai di tingkat SD,SMPSMU dan tidak mendapatkan perhatian yang serius bahkan bisa jadi perilaku dalam keluarga. Diasadari atau tidak bahwa kebiasaan buruk itu akan mendatangkan bahaya latent baik dalam jangka pendek maupun panjang. Bila mahasiswa melakukan nyontek dan menjadi kebiasaan maka akan menjadi karakternya yang akan dibawa sepanjang hidup. Beberapa karakter lain yang akan menyertainya adalah kebiasaan mengambil milik orang lain tanpa izin, menyepelekkan, mengambil jalan pintas dan malas berusaha dan kerja keras , yang penting hasilnya. Bisa saja karakter tersebut akan menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan sampai akhir hidup. Mungkin bisa terjadi bila kelak sudah dewasa dan hidup mandiri, maka kebiasaan menyontek akan diterapkan dalam kehidupan sehari hari sperti mencuri karya orang lain, korupsi, managemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pendapatan tinggi. Bukan hanya ulangan harian, semesteran bahkan ujian nasional pun tidak luput dari upaya mencontek. Dalam tingkatan yang lebih teruk, sering terjadi kasus mencontek karya ilmiah seperti dalam wujud membajak hasil penelitian orang lain, menyalin skripsi, tesis, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya dalam ujian sebagai karyanya sendiri.