Kampus adalah tempat untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai. Di titik inilah kebanyakan praktisi penyontek tidak menyadarinya. Mereka terlena dengan keinginan mendapatkan nilai bagus namun tidak mau berjuang untuk mendapatkannya, melainkan menempuh jalan pintas dengan menghalalkan segala cara. Mereka bangga ketika mendapatkan nilai bagus meski itu bukan hasil kerja keras sendiri. Padahal, apalah artinya punya nilai bagus jika tidak memahami ilmu yang harusnya diperdalam.
Banyak kalangan mahasiswa mengritik keras perbuatan korupsi tapi mereka tidak menyadari bahwa budaya menyontek di perguruan tinggi adalah bagian dari korupsi. Inilah bentuk paradoks yang sedang berlangsung dan tentu saja penanggung jawab Lembaga Pendidikan , lebih lebih Perguruan Tinggi yang punya wacana keilmuan dan keislaman seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta(UMS) harus mulai memberi dan menjadi contoh yang lain. Bukankah tindakan preventif lebih diutamakan dibanding tindakan kuratif. Sistem penjaminan mutu tentang pembelajaran yang diterapkan oleh UMS mungkin lebih ke kualitas pembelajaran tetapi belum menyentuh secra detail tentang monitoring.
Keberadaan CCTV di setiap ruang ujian, rasio pengawas-mahasiswa,jarak kursi,disiplin saat ujian, punishment yang tegas,perilaku pengawas atau hak dan kewajiban pengawas,jenis soal, tata tertib ujian dan tidak kalah penting spanduk atau tulisan yang memberi motivasi, ini adalah bagian penting dalam monitoring. Banyak hal yang bisa kita lakukan, sebagai pendidik, kita bisa memberi motivasi kepada mahasiswa agar mereka menjadi orang yang jujur dan percaya pada kemampuan diri. Dosen harus menjadi teladan bukan hanya memberi teladan. Bisakah kultur menyontek dihapuskan di masyarakat Kampus sebagai bagian dari ajaran Islam yang amar maruf nahi munkar ? Jawabannya tergantung dari komitmen Pimpinan dan Dosen serta karyawan. Dalam sebuah hadits nabi, perbuatan menyontek menjadikan kita dikeluarkan dari komunitas nabi. Dari sudut pandang Islam, menyontek merupakan sebuah larangan sehingga termasuk perbuatan dosa jika dilakukan, sebagaimana Rosul bersabda dalam sebuah hadits sahih riwayat Muslim bahwa Barang siapa yang menipu kami, maka bukanlah termasuk golongan kami ( Nawawi,1999:468). Jangan menunggu kesadaran mahasiswa tidak menyontek tapi terapkan disiplin diri dan sangsi yang tegas untuk mewujudkannya. Selamat menempuh ujian semoga bebas menyontek, lebih percaya diri dan meresapi sebuah proses yang benar dan bermuara pada nilai yang hakiki bukan mimpi dan polesan sesaat. Semoga bukan musibah yang terjadi tapi barokah, aamiin. (*)