Dunia ‘aktivis politik’ hampir bertolak belakang dengan dunia bisnis. Apakah Labib sanggup bantir setir 180 derajat.
Menjadi aktivis lebih banyak berpikir dan berbicara.
Di dunia bisnis hanya bekerja dan bekerja.
Salah bicara bisa minta maaf. Salah kerja bisa hilang uang.
Dunia politik adalah dunia riuh-gemuruh.
Dunia bisnis adalah dunia senyap –berhasil mendapat laba pun gak usah bercerita.
Dan banyak lagi yang bertolak belakang lainnya.
Tapi ada juga sisi baiknya. Seorang aktivis biasanya militan. Kadang juga kurang tidur.
Baca Juga:Nace Diminta Dampingi GinaModus Pernikahan, Imigrasi Gagalkan Penyelundupan Manusia
Tinggal bisakah mengalihkan militansinya itu ke dunia bisnis –yang juga perlu militansi.
Saya punya pengalaman ‘membina’ aktivis untuk masuk dunia bisnis. Ia bukan saja aktivis tapi ekstremis.
Ia lulus teknik elektro UGM. Cumlaude. Ayahnya guru nahwu saya.
Sang ayah ketakutan anaknya lulus –dan pulang ke rumahnya. Sang ayah bisa ditangkap –sebagai ‘sandera’.
Itu zaman Orde Baru.
Maka sang ayah mendatangi saya –menyerahkan anaknya itu. Biar jauh dari kampung halaman.
“Baik pak, biar anak bapak ikut saya. Biar ia mengekstremi mesin,” jawab saya.
Kecerdasannya di kampus –dan militansinya– ternyata bisa ia alihkan ke pekerjaan.
Ia sukses dalam berkarir. Mencapai jabatan puncak sebagai CEO satu grup perusahaan di bawah saya –saat itu.
Baca Juga:Kekeringan dan Banjir Permasalahan Utama Warga PanturaPemkab Permudah Investasi Padat Modal
Apakah Labib nanti juga akan sukses? Bahkan bisa menjadi owner sebuah perusahaan bawang terbesar di Indonesia?
Saya minta agar seluruh saudagar Muhammadiyah yang hadir hari itu menjadi saksi.
Kita beri waktu Labib lima tahun.
Kita monitor Labib. Apakah ia tekun dalam bisnisnya atau mudah kembali tergoda –gemuruh politik.
Gegap gempita politik benar-benar sangat menggiurkan. Di situ banyak provokator, pemandu sorak, dan kompor.
Di panggung politik itu penuh tepuk tangan yang menyihir.
Di ladang pertanian penuh keringat dan sepi dari kata-kata puji.
Lahan bawang Labib di Desa Tumpang itu tidak tanggung-tanggung. Sampai 150 hektare. Kini ia baru berhasil menanam 10 hektare.
Ia baru di langkah awal menjadi pengusaha.
Tapi ia sudah mulai melangkah.