SUBANG-Tanggal 19 Desember 2019, tepat satu tahun pasangan Bupati dan Wakil Bupati Subang dilantik. Pelantikan yang berlangsung di Aula Barat Gedung Sate Bandung, oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dengan memimpin sumpah jabatan. Dilanjutkan penyematkan tanda jabatan dan pangkat kepada H. Ruhimat dan Agus Masykur, yang menggenakan pakaian dinas putih-putih saat itu.
Banyak masyarakat berharap pada pasangan yang berjargon Subang Jawara ini, untuk membawa Subang jauh lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, 9 program Jawara digagas untuk membangun Subang diberbagai sektor baik pembangunan infrastruktur, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.
Masyarakat menilai, setahun kepemimpinan Jimat-Akur belum bisa menanggulangi bank emok. Padahal permasalahan tersebut sudah menahun dan mencekik masyarakat.
Warga Padamulya Pagaden Ncih (40) mengeluhkan banyak bank emok yang memberikan pinjaman instan, namun sangat dibutuhkan masyarakat yang sangat membutuhkan uang dengan cara cepat. Meski demikian, tetap saja suku bunga yang sangat tinggi seakan-akan mencekik kehidupan dirinya dan keluarganya. “Saya berharap, agar Pemerintah Daerah Kabupaten Subang bisa memberikan adanya pinjaman yang nyata dan rendah suku bunganya,” katanya.
Baca Juga:Kades se-Aceh Barat Daya Belajar Kelola BUMDes di Desa RancabangoPolsek Wanayasa Pasang Papan Peringatan Longsor
Ncih menagih janji Bupati Subang ketika berkampanye, akan meminimalisir bank emok. Pemerintah akan mencoba untuk mengadakan pinjaman dari koperasi yang ada di Kabupaten Subang, untuk bisa dipinjam masyarakat dengan suku bunga rendah. Menurutnya, hal tersebut akan sangat berguna dibandingkan harus meminjam uang ke bank emok. “Saya mungkin salah satu dari banyak masyarakat yang menagih janji Bupati Subang tentang bank emok ini,” tegasnya.
Warga lainnya, Darul (43) menambahkan, kepemimpinan Jimat-Akur belum bisa meminimalisir bank emok. Akhirnya banyak masyarakat yang terjerat dengan bunga hutang yang sangat tinggi. Hal ini harus dan sangat terperhatikan Bupati Subang. Masyarakat sudah sangat jengah dengan keadaaan yang ada, agar perekonomian menjadi lebih baik lagi. Bahkan banyak yang menjual barang hanya untuk melunasi hutang dan bunga bank emok yang sangat tinggi. “Setelah menjabat, bank emok masih menggurita. Ini sangat memprihatinkan,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala DKUPP Subang Rahmat Faturahman mengatakan, bank emok menyasar terhadap warga yang kurang mampu dan sangat membutuhkan pinjaman yang mendesak. Hal tersebut menjadikan bank emok atau bank duduk bersimpuh untuk melancarkan serangannya. Tetapi, jika masyarakat meyakinikan diri tidak meminjam, maka bank emok tidak akan berkembang. “Dari masyarakatnya sendiri, jika meminjam ya harus tahu risikonya,” katanya.