Jerit Rakyat Menyambut Pelabuhan Patimban

Jerit Rakyat Menyambut Pelabuhan Patimban
0 Komentar

Arim selaku ketua Paguyuban Tani Berkah Jaya (PTJB), berharap semoga pemerintah bisa mengabulkan semua tuntutan para pemilik lahan yang kehilangan mata pencahariannya sebagai petani akibat terkena dampak dari pembangunan pelabuhan Patimban itu (mediajabar 11/09/18).

Berkaitan dengan itu bisa dibayangkan beberapa tahun ke depan saat area persawahan tak lagi eksis. Saat itu pula masyarakat kehilangan sumber bahan pangannya. Padahal berkat lahan pertanian yang luas ini, Subang dikenal sebagai wilayah lumbung padi dan menjadi salah satu sentra beras di Jawa Barat. Begitupun negara ini yang akan kehilangan sumber pangan ditengah kekayaan alamnya yang subur makmur.

Belum lagi derita para nelayan Patimban yang mengalami penurunan pendapatan yang disebabkan oleh pencemaran dari aktivitas pembangunan pelabuhan. Salah seorang nelayan mengaku rata-rata pendapatannya kini hanya 200 ribu rupiah perhari. Merosot tajam dari semula Rp 1 juta hingga 1,5 juta perharinya (pasundanekspres.co 5/11).

Baca Juga:Warga Desa Mundusari Swadaya Bangun Rumah WargaDukung Investor Kembangkan Wisata

Demikianlah gambaran jerit masyarakat sekitar Patimban menyambut adanya Pelabuhan Patimban ini. Pembangunan yang digadang-gadangkan akan mampu mensejahterakan masyarakat indonesia ini nyatanya jauh panggang dari api. Memudahkan proses ekspor impor yang semula menjadi tujuan pembangunan pelabuhan ini, nyatanya hanya akan mampu mensejahterakan para pengusaha besar. Terlebih laju arus impor pun akan semakin deras masuk ke indonesia.

Sudah seharusnya pemerintah tidak terus menurus bercokol pada pemahaman Kapitalisme yang menyengsarakan rakyat. Mementingkan kepentingan para pemilik modal dan selalu menempatkan rakyat menjadi korban. Saatnya Indonesia mencampakkan sistem yang gagal ini. Mengganti sistem buatan manusia dengan sistem yang berasal dari Rabb nya yang akan memberikan keberkahan dilangit dan di bumi. (*)

0 Komentar