Penulis : Mustar, S.Pd., M.M.
Guru Geografi SMAN 5 Bandung
Tidak tanggung-tanggung, presiden menugaskan Mendikbud baru untuk segera merombak kurikulum. Sebagai orang yang sehari-hari mempraktekkan pembelajaran dengan kurikulum hari ini, kurikulum 2013, rasanya tugas berat itu tidak berlebihan. Memang tidak perlu menyalahkan kurikulum sekarang, tetapi kurikulum sekarang bisa menjadi pembelajaran berhargaa bagi para pengembang di tingkat nasional. Kurikulum seharusnya menjadi “senjata” bagi guru dalam melaksanakan pembelajarn, dan sebaiknya guru menikmati proses pembelajaran dengan kurikulum. Bukan malah sebaliknya, guru terbebani kurikulum.
Jika guru terbebani kurikulum maka jangankan untuk menembakkan “senjata”, belum apa-apa sudah terseok-seok. Beruntung di negeri ini sebagian besar guru adalah pejuang yang tidak mengenal lelah, banyak diantara mereka “terpaksa” melakukan improvisasi untuk mensiasati agar pembelajaran berlangsung menggembirakan bagi siswa maupun bagi gurunya.
Yang menarik dalam kurikulum kita adalah Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Konon ukuran guru rajin dan belum rajin adalah ketersediaan Silabus dan RPP yang dibuat sendiri (original), bukan hasil menyalin dari buatan orang lain. Oleh karena itu sangat sering dilaksanakan pelatihan yang berkaitan dengan silabus dan RPP. Ntah berapa milyar uang yang sudah terpakai untuk kedua makhluk itu, silabus dan RPP. Namun tidak salah jika ada yang bertanya dengan tanda tanya besar, apakah Silabus dan RPP selalu diimplementasikan dalam setiap pembelajaran ? Tanyakan pada rumput yang bergoyang, kata Ebiet G Ade.
Baca Juga:Sarae Hills, Padukan Wisata Alam dan Kuliner dengan View Keindahan BandungPeserta Open Bidding Jalani Tes Kesehatan
Hal lain yang menarik dalam kurikulum kita adalah banyaknya muatan yang dititipkan. Belakangan muncul muatan yang kudu tersedia dalam RPP, seperti literasi, kemudian 4C Communication, Collborative, Critical Thinking, Creativity) konon adalah kompetensi yang harus dimiliki siswa sebagai penghuni abad ke 21, lalu ada PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Terakhir yang muncul dalam setiap pelatihan adalah STEM (Science Technology, Engineering, Math). Barangkali mendikbud sekarang perlu merenungkan output seperti apa yang dihasilkan oleh sekolah dengan muatan sekomplek itu.
Di luar itu ada lagi yang patut kita angkat juga, adanya program atau gerakan atau apalah itu, di antaranya sekolah rujukan kemudian bermetafora menjadi sekolah zonasi, sekolah digital, sekolah ramah anak, sekolah berwawasan lingkungan, sekolah sehat, sekolah adiwiyata, dan yang lain-lain mungkin masih banyak lagi. Ini mungkin mendikbud sebaiknya merenung betapa luar biasanya pelaku pendidikan di persekolahan dengan berbagai gerakan yang harus dijalankan.