Kepala Disnakertrans Subang, Kusman Yuhana membantah tuduhan masa buruh, pemerintah yang menyebut perusahaan di Subang akan pindah ke Jawa Tengah akibat kenaikan UMK. “Itu (perusahaan pindah) bukan kata pemerintah, itu kata pengusaha. Di Subang sebelum UMK naik sudah ada yang gulung tikar, bukan karena upah,” ujarnya.
Dia mengatakan, pemerintah dalam kondisi dilema. Ketika pabrik pindah maka pengangguran akan bertambah. Sementara buruh juga perlu kesejahteraan. “Kalau pemerintah serba bingung. Kalau pindah, pengangguran bertambah. Pekerja juga harus sejahtera dalam kehidupannya,” ujarnya.
Dalam kondisi tersebut, kata Kusman, pemerintah tetap berada di tengah-tengah untuk memfasilitasi baik kepentingan pengusaha maupun buruh.
Kasi Hubungan Industrial dan Jamsostek Disnakertrans Subang, H Indra Suparman SH mengatakan, upah karyawan yang terus mengalami kenaikan setiap tahunnya tidak signfikan memberi pengaruh terhadap tutupnya pabrik garmen di Subang.
“Kalau masalah upah itu bukan, karena upah ini besarannya sudah diatur oleh pemerintah. Jadi seharusnya perusahaan sudah punya gambaran bahwa tahun depan ada kenaikan sekian persen,” ujarnya.
Dia mengatakan, pabrik yang tutup dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Antara lain faktor internal berkaitan dengan manajamen perusahaan. Faktor eksternal, yakni ekonomi global yang tidak menentu, seperti diketahui banyak pabrik yang melakukan ekspor. “Persaingan dagang di luar negeri juga mempengaruhi,” ujarnya.
Dia menyebutkan, ada lima perusahaan yang sudah tutup seperti PT Hansol Hyun, PT Youtek, PT SJ Mode, PT G-Tekpia. Sementara perusahaan yang terancam tutup seperti PT Gerin Trend, PT Buma, dan PT Handsome.(ysp/vry)