Pertama, tahap deproteinasi untuk menghilangkan protein dengan pemberian kondisi basah yang diikuti dengan pemanasan selama selang waktu tertentu. Tahap kedua yaitu Demineralisasi, tujuan tahap ke dua ini adalah untuk menghilangkan kandungan mineral dari cangkang rajungan, kandungan mineral dalam cangkang rajungan berat mencapai 40-60 persen berat kering. Proses dimeneralisasi dilakukan dengan perendaman limbah rajungan dalam asam klorida encer pada suhu kamar. Tahap ketiga yaitu Dekolorisasi, tahap ini bertujuan untuk menghilangkan lemak dan zat-zat warna. Proses ini dilakukan dengan penambahan aseton dan sokletasi dan menghasilkan kitin.
“Selanjutnya, tahap terakhir kitin yang terbentuk diberikan perlakukan deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil pada rantai kimianya sehingga terbentuklah hasil akhir yaitu kitosan,” terang Fahmi.
Dia juga menjabarkan bahwa produk kitosan dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang dengan nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan hanya menjual dalam bentuk limbah.
Baca Juga:Jenazah Tiga Orang Korban Utuh, Polisi Masih Selidiki Penyebab Kebakaran1.860 Orang CPNS Tidak Lulus administrasi
“Manfaat kitosan contohnya sebagai pengawet alami dalam bidang pangan, sebagai flokulan atau penghilang logam berat dalam air dibidang pertanian. Kemudian sebagai campuran produk perawatan rambut dan kulit dibidang kosmetik,” ungkapnya.
Dia berharap dengan sosialisasi yang dilakukan ini menjadi permulaan bagi masyarakat untuk menyadari potensi dari limbah rajungan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Artinya, sinergi antara akademisi dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan target dari sosialisasi ini.
“Jika tidak ada halangan 1-2 minggu kedepan kami akan melakukan pelatihan secara real bersama masyarakat untuk membuat kitosan dari limbah rajungan,” tutur Fahmi.(aef/ded)