Bupati berpesan, lanjut Rona, jangan berfokus hanya berbuka kepada infrastrutur saja. Menurutnya, infrastruktur penting tapi menjaga lingkungan jauh lebih penting. “Kita tidak hidup tidak makan dari infrastruktur, tapi kita juga bergantung pada alam. Bupati mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan,” tandasnya.
Kepala Bidang Ekonomi BP4D Kabupaten Subang Wahyu Sopyan mengarahkan, Subang wilayah selatan sudah termasuk ke dalam daerah konservasi. Konservasi, sudah ada payung hukum yang menaunginya, baik itu dari sisi undang undangnya maupun turunan-turunannya. “Pada kesempatan ini, tentunya kita patut bersyukur karena ke kepedulian dari PT Tirta Investama yang mau bekerja keras untuk bisa menjaga daerah konservasi. Sudah mencanangkan penanaman seribu pohon,” katanya.
Subang Selatan sebagai daerah tangkapannya sumber mata air, bagaimanapun kerusakan daerah selatan akan membawa dampak bencana terhadap di daerah utara. Meski demikian, jika sudah menanam seribu pohon harus dipelihara. “Ke depan mari kita jaga daerah ini sebagai konservasi. Generasi yang sudah tua harus bisa mewariskan mata air kepada generasi muda, bukan air mata,” katanya.
Baca Juga:Open Bidding, 9 Selesai Lanjut 2020 untuk 3 JPTTenaga Kerja Kontrak di Bandung Barat Dihapus Tahun 2023
Sementara itu, Vendor dari Yayasan Javlec Indonesia Apriliyanti Dwi Rahayu memaparkan mengenai paradigma desa membangun dalam memperkuat daya dukung lingkungan di Sub DAS Cipunagara. Menurutnya, DAS Cipunagara memiliki luas kurang lebih 10.278ha. Dari luasan tersebut, sebagian merupakan pertanian lahan kering dengan luas 2.620ha. Pertanian lahan kering rentan akan erosi karena sebagian berada di lokasi dengan kemiringan 300.
Seiring dengan bertambahnya aktivitas penduduk, mulai dari pertanian, perkebunan, pemukiman, hotel dan restoran untuk wisatawan mengakibatkan berkurangnya debit air di musim kemarau, ancaman banjir dan longsor, hilangnya kesuburan tanah, kondisi udara yang bertambah panas saat musim kemarau. Selama 3 tahun terakhir, masalah berkurangnya debit air di musim kemarau dan panasnya kondisi udara sudah dirasakan masyarakat Kabupaten Subang.
“Penanaman tanaman keras jenis MPTS (Multi Purpose Trees Species), merupakan salah satu cara untuk meresapkan air hujan, sehingga mengurangi potensi banjir dan longsor. Selain itu tanaman memiliki kemampuan menghasilkan oksigern 1,2kg perhari untuk membantu keberlanjutan makhluk hidup,” ungkapnya.