Anak muda itu terus memohon agar saya mau bermalam di situ. Ada guest house untuk saya. Bahkan ia minta saya di situ selama satu minggu.
Yang dipanggil pun tiba.
“Masyaallah…Pak menteri…,” sapanya. Kaget. “Alhamdulillah bisa bertemu justru di sini,” tambahnya.
Itulah Saifullah Mubarak. Asal Solok, Sumbar. Yang kawin dengan wanita setempat itu.
Saifullah lantas memperkenalkan siapa saya –ke anak muda itu.
Saya langsung menyela: gak usah disebut-sebut siapa saya.
Tapi kata minister sudah sempat didengar anak muda itu.
“Kalau begitu silakan berdua saja pakai bahasa Indonesia,” katanya.
Lalu pamit.
Masih banyak tamu yang harus ia layani.
Baca Juga:Serap Aspirasi, 50 Anggota DPRD Gelar ResesBumbu Dapur Instan Penyumbang Sampah?
Belum lama ini, katanya, juga ada rombongan tamu dari Makassar. Para guru besar dari universitas di Makassar.
Maka Saifullah-lah yang membawa saya ‘Tour de Qadian’. Masuk-masuk ke kampung padat itu. Yang semuanya Islam. Semuanya Ahmadiyah.
Saya juga diantar ke rumah tempat Mirza Ghulam Ahmad lahir. Dari orang tuanya yang kaya raya –masih keturunan keluarga kerajaan zaman dulu.
Sebenarnya sang ayah kecewa. Kok Mirza tidak mau meneruskan usaha bapaknya. Mirza justru mendalami agama. Sangat intens.
Umur 9 tahun Mirza sudah menguasai soal agama. Ketika muda pun ia sangat sibuk mencari lawan debat. Terutama dari kalangan misionaris Kristen. Yang pusatnya di Kota Ludhiana, sekitar 120 km dari Qadian.
Mirza menjadikan Kota Ludhiana sebagai pusat kegiatan misionarisnya. Termasuk di situlah Mirza membaiat para pengikutnya. Untuk kali pertama.
Di situlah Mirza memproklamasikan prinsip-prinsip keagamaannya. Misalnya: Isa (Yesus) itu memang nabi tapi manusia biasa. Tubuh Isa tidak ditarik ke surga –sebagaimana diyakini dalam Islam maupun Kristen.
Menarik jasad ke surga itu ia anggap tidak masuk akal.
Baca Juga:Anggota Bhayangkari Subang Raih Penghargaan UMKM JUARA se-Jawa BaratBuruh Panik, Ular Kobra Masuk PT Taekwang
Jenazah Isa itu dikuburkan seperti manusia biasa. Entah di mana dan oleh siapa. Saat itu keadaan kacau.
Mirza terus menantang debat misionaris Kristen. Dengan topik itu. Lama-lama orang Islam juga menentang prinsipnya itu.
Suatu saat Mirza melawat jauh ke Delhi. Nama Mirza sudah terkenal pun sampai ke Delhi.