Penulis:
1.Drs.Priyono,MSi,
(Dosen dan wakil Dekan I Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
2.Siti Nur Aisah,
(Mahasiswi Semester I ,Peserta Kuliah Demografi, Fakultas Geografi UMS)
Ibarat kata surga dunia, Bangsa Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang sungguh luar biasa melimpah. Tidak hanya kekayaan alamnya saja, akan tetapi objek wisatanya pun tak mau kalah bersaing dengan yang ada di luar negeri. Kedua aspek tersebut apabila diolah dengan baik dan benar dapat mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi Bangsa Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat juga mendatangkan kerugian yang fatal apabila tidak dimanfaatkan dengan tepat. Salah satu peninggalan sejarah di jawa Tengah yang tersohor di dunia adalah keberadaan candi Borobudur, yang terletak di Jawa Tengan tepatnya di kabupaten Magelang.
Bangunan besar abad ke 8 yang menjulang tinggi sekitar 35 m dengan panjang dan lebar berkisar 123 m. Susunan bangunan yang tersusun dari batuan andesit yang berasal dari gunung Merapi yang ada di dekatnya. Candi Borobudur tersusun atasbeberapa teras dan sebuah stupa induk bertengger di puncak, menjadi kebanggaan tidak hanya bangsa Indonesia tapi dunia karena telah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1991 sebagai salah satu heritage dunia dan merupakan candi Budha terbesar di dunia. Peninggalan Raja Samaratungga , dinasti Syailendra dibangun pada tahun 770 M-842 M. Candi besar peninggalan kejayaan Budha yang berada di kabupaten Magelang Jawa , pulau jawa,Indonesia ini memiliki daya tarik atau magnit yang luar biasa .
Jumlah total wisatawan Candi pada tahun 2019 ditargetkan mencapai 4.774.629 orang dengan harga tiket masuk pelajar atau anak(local) rp 12.000, dewasa(local) rp30.000 dan dibedakan dengan turis manca negara untuk anak USD 108 dan dewasa USD 20 . dengan keterangan, harga sewaktu waktu bisa berubah. Konon Candi ini telah terkubur tanah karena letusan Gunung Merapi beberapa tahun silam atau abad ke 10 dengan letusan dahsyatnya, dan orang yang pertama menemukannya adalah Gubernur Inggris Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814 dan nama Borobudurpun ia masukkan dalam bukunya yang berjudul Sejarah Jawa. Boro diambil dari nama sebuah desa di Borobudur dan Budur memiliki arti purba. Ada juga cerita yang mengatakan bahwa dengan masuknya islam di Jawa maka pedaban ini mulai tergeser.