Pangeran MBS juga dijuluki pemimpin revolusioner, reaksioner, berwatak keras, tidak sabaran bahkan dicap beraliran Machiavellian–pandangan filosofis bahwa segala yang dilakukan oleh negara adalah kebaikan.
Ia mencanangkan Visi 2030 dengan istilah NEOM (Neo-Mustaqbal) alias masa depan baru. Membangun kesadaran baru bahwa state familly itu jangan hanya ketergantungan terhadap penghasil minyak (post oil). Sekaligus ingin lepas dari stigma negara beraliran Wahabi.
Secara meyakinkan, bahkan MBS berani menyatakan bahwa hubungan negara dengan aliran Wahabi merupakan satu kesalahan. Ia memimpikan negara yang moderat dan ramah kepada semua agama dan dunia.
Baca Juga:Tol Cipali Lancar, Tarcatat 61 Ribu Kendaraan MelintasKader Posyandu Harus Paham KIA
Tak hanya Kerajaan Arab Saudi, negara-negara di Timur Tengah memang sedang berubah. Krisis ekonomi memang menjadi problem serius di sejumlah negara Timur Tengah.
Tak heran jika MBS kemudian melakukan perubahan radikal ekonomi dan politik. Sejumlah negara seperti Suriah (sebelum peperangan) juga dilanda krisis pangan hebat. Demikian juga di Mesir.
Hal ini kemudian menjadi celah negara Barat untuk mengkampanyekan tatanan sistem baru bagi negara Timur Tengah yaitu Sistem Demokrasi. Mendukung gerakan people power menumbangkan kekuasaan absolut seperti di Tunisia (Ben Ali), Mesir (Husni Mubarrak) dan Suriah (Bashar Assad).
Atas nama demokratisasi dan kebebasan berpendapat, gerakan-gerakan rakyat memicu perubahan besar di sejumlah negara Timur Tengah. Situasi ini disebut para ahli sebagai musim semi negara Timur Tengah atau Arab Spring.
Meski banyak juga yang menyebut, apa yang terjadi di negara timur tengah adalah upaya penguasaan barat atas kekayaan alam (minyak). Menciptakan operasi kudeta dengan meminjam tangan oposisi penguasa.
Arab Saudi, menyadari dunia sudah berubah. Tidak cukup kewibawaan dan kekuatan negara didasarkan pada kekayaan alam yang terkandung di perut bumi. Negara pun sulit berdaulat sepenuhnya karena selalu adaada rongron pihak asing. Maka, aliansi dan membangun hubungan dengan negara-negara kuat lainnya menjadi kunci.
Arab Saudi menjadi mitra strategis Amerika dan Inggris sudah sejak lama. Tapi secara lentur juga menjalin kerjasama signifikan dengan Cina. Sambil tetap berkonfrontasi dengan Iran yang merupakan mitra Rusia.