Oleh: Herawati Hariyanti Lestari, S.Hum
Praktisi Pendidikan Pantura Subang
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitulah orang-orang berkata. Ungkapan itu ternyata tak sekedar menjadi pribahasa. Hari ini guru benar-benar tidak diberi tanda jasa yang sesuai secara materil. Apa yang mereka dapatkan tak lebih dari honor yang minim dan sangat jauh dari kata sejahtera.
Itulah yang terjadi pada guru honorer di Indonesia, salah satunya di Subang Jawa Barat. Para guru honorer hanya mendapat honor sekitar 300 ribu perbulan. Tentu itu adalah penghasilan yang jauh dari kata layak. Nominal ini jauh berkali lipat dari gaji para guru PNS.
Dengan konversi 10 ribu per hari, para guru honorer dituntut untuk memenuhi segala kebutuhannya, dari mulai ongkos ke sekolah hingga kebutuhan di rumah. Jelas tak berimbang dengan harga-harga kebutuhan pokok yang terus naik, dari mulai harga BBM hingga tarif dasar listrik.
Baca Juga:Hari Ini, Gerhana Matahari Cincin Sambangi Langit IndonesiaKisah Jembatan Panyurungan di Compreng: Hujan dan Licin Membuat Motor Tercebur
Disisi lain, terasa menyakitkan saat Jokowi mengangkat para Staff Khususnya. Mereka digaji dengan nominal 51 juta per bulan. Bisa dibayangkan nominal itu berapa kali lipat dari 300 ribu? Padahal para stafsus itu ada berkat jasa seorang guru juga.
Banyak warganet yang turut mengkritisi fenomena ini. Menurut mereka ini terlalu berlebihan ditengah kesulitan ekonomi Indonesia, dan akan lebih bijak jika nominal itu di pos-poskan pada kebutuhan negara yang lebih penting. Sementara kesejahteraan guru honorer pun masih harus lebih diperhatikan (WARTAEKONOMI 24/11/19)
Inilah realitas kondisi seorang pendidik yang ditangannya ia mampu mencetak generasi penerus bangsa. Di negeri kapitalisme seperti ini keberdaannya seolah tak terperhatikan. Padahal janji Jokowi 2014 lalu, beliau akan mengangkat guru honorer menjadi PNS dengan prosedur tertentu (MERDEKA 19/06/2014).
Nasib guru honorer nampaknya akan terus begini selama sistem di negeri ini tidak dirubah. Sistem yang rusak ini akhirnya mengakibatkan negeri ini terus menerus dikuasai para penjajah. Salah satunya upaya mereka yaitu berhasil menjarah kekayaan yang kita miliki saat ini.
Bisa diperhitungkan, berapa banyak tambang di Indonesia yang dikuasai perusahaan-perusahaan asing seperti Chevron, Freeport, PetroChina, Newmont, dan masih banyak lagi. Akibat sistem yang Liberal Kapitalis, negara ini telah mampu menumbuh suburkan para penjajah untuk menguasai segala kekayaan kita. Padahal dengan segala kekayaan darat dan laut Indonesia, seharusnya itu semua mampu mensejahterakan rakyat Indonesia termasuk masalah kesejahteraan guru honorer.