Di kalangan masyarakat Arab khususnya suku Quraisy yang menganggap peristiwa gerhana dikaitkan dengan adanya kematian atau kelahiran seseorang. Mitos masyarakat tidak hanya berkembang di kalangan masyarakat Islam tetapi juga melanda masyarakat agama lain karena keterbatasan pengetahuan dan bisa mengarah ke hal yang dilarang agama.
Berbagai mitos di atas menunjukkan bahwa peristiwa gerhana sarat dengan mitologi yang bertentangan dengan akidah Islam. Mitos-mitos tersebut jelas tidak berdasar dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Oleh karena itu, ketika menyampaikan khotbah setelah selesai shalat gerhana, Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda dari banyak tanda kebesaran dan kekuasaan Allah.
Terjadinya gerhana matahari dan bulan bukan karena hidup atau matinya seseorang. Karena itu, apabila kalian melihatnya (gerhana), berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, laksanakanlah shalat gerhana, dan bersedekahlah. (HR Muttafaqun alaih).
Fenomena gerhana sebagai salah satu ayat kauniah yang bertebaran di muka bumi tidak boleh hanya dilihat sekadar peristiwa biasa, melainkan perlu disikapi sebagai peristiwa yang menarik yang sarat dengan ilmu pengetahuan untuk dikaji, dicermati, dan diteliti secara ilmiah.
Hasil akhir dari pendekatan ilmiah atas ayat-ayat kauniyah ini tentu saja adalah agar religiusitas kita menjadi semakin baik, semakin yakin akan kemahakekuasaan dan kemahabesaran Allah SWT dan Alloh mengatur jagad raya ini dengan keteraturannya dan keajegannya, sehingga semakin menebalkan keimanan dan ketaqwaan kita. Tehnologi akhirnya sebagian bisa mengungkap rahasia alam yang begitu besar meskipun tidak semua tehnologi bisa menjawab tantangan zaman karena kita hanya diberi ilmu yang sedikit. (*)