Bencana alam tahunan tersebut jadi sorotan Forum Daerah Aliran Sungai (Fordas) Cilamaya Berbunga. Mereka mewanti-wanti sejumlah perusahaan nakal di wilayah hulu, agar tak membuang limbah saat kondisi air sedang meluap seperti saat ini.
“Jangan buang limbah saat musim hujan seperti ini. Jangan karena debit air meningkat, jadi suka-suka buang limbah lagi ke DAS Cilamaya,” ujar Presedium Fordas Cilamaya, Muslim Hafidz.
Muslim mengatakan, pihaknya menduga oknum pengusaha nakal selalu membuang limbah berbahayanya ke sungai Cilamaya saat airnya sedang meluap.
Oleh sebab itu, pihaknya melakukan imbauan sejak dini, agar musibah banjir yang sedang dialami masyarakat Cilamaya. Tak diperparah dengan bencana yang dapat ditimbulkan dari limbah berbahaya tersebut.
“Saya tegaskan, untuk pengusaha patuhi komitmen yang sudah disepakati bersama di kementrian LHK 23 Desember 2019 lalu,” tegasnya.
Baca Juga:Banjir Nyaris Seret Rumah Warga, Subang Dipenuhi “Cileuncang”Kerap Tipu Korban di Medsos, 42 Narapidana Dipindahkan ke Sel Pengasingan
Ia berharap, di tahun 2020 ini, komitmen bersama antara 3 pemerintah kabupaten, pengusaha, dan kementrian LHK untuk menjadikan Sungai Cilamaya bersih, indah, dan berdaya guna, bisa tercapai di tahun ini.
“Di awal tahun 2020 ini, sudah masuk fase bersih. Kemudian kami harap bisa mencapai fase indah, hingga akhirnya berdayaguna,” katanya.
Bertahan di Pengungsian dan Mulai Bersih-Bersih Rumah
KBB-Pasca terendam banjir setinggi 150 cm, Selasa (31/12), ratusan rumah di Kampung Lebaksari Rt 01/02 Desa Margajaya Kecamatan Ngamprah Bandung Barat mulai dibersihkan.
Deni Andri Suherman warga Lebaksari kepada Pasundan Ekspres menuturkan, semua barang barang yang ada di rumahnya rusak semua, karena air tak tertahankan masuk ke dalam rumah. Deni sehari-hari yang bekerja sebagai TKK di Bandung Barat ini, mengaku akibat rumahnya diterjang banjir tersebut mengalami kerugian puluhan juta rupiah.
“Kasur, kursi, kulkas, lemari, pakaian dan barang berharga lainnya rusak semua, saya mengalami lebih dari Rp 50 jutaan,”kata Deni.
Deni, mengisahkan kisah pilunya, saat kejadian dirinya tengah berada di kantor Pemkab Bandung Barat. Setelah mendengar berita, Dia bergegas pulang ke rumahnya, namun tak disangka rumahnya sudah terendam banjir.
“Di dalam rumah tinggi air seleher. Langsung saya cari anak. Alhamdulilah keluarga aman,” katanya.