Wartawan pun bertanya: apakah situasi seperti itu yang membuat ia ingin lari. Ghosn hanya tersenyum. Lalu minta pertanyaan yang lain.
Satu jam pertama penampilan pertamanya itu Ghosn berbicara menggunakan slide. Itulah paparan dokumen-dokumen perusahaan.
Tapi layarnya terlalu kecil. Huruf-huruf di layar itu tidak terbaca oleh umumnya wartawan yang memenuhi ruangan.
Baca Juga:Musim Hujan, Bangunan Sekolah Rawan AmbrukMasyarakat Harus Terapkan PHBS
Intinya ia menolak seluruh tuduhan. Yakni bonus yang melebihi ketentuan. Dan pelaporan bonus yang tidak sebesar yang ia terima.
Ghosn dianggap merugikan perusahaan Rp 130 miliar plus Rp 70 miliar. Sekitar itu.
“Kalau pun benar saya melakukannya apakah saya harus mengalami perlakuan seperti seorang teroris?” ujarnya.
Ia pun mengaku pemerintah Amerika juga menuduhnya melakukan kecurangan di bidang keuangan. Ghosn dihukum: membayar denda Rp 13 miliar. “Saya bisa menerimanya. Dan saya bayar,” katanya.
Maka Ghosn mengulangi pernyataannya dulu. “Saya tidak lari dari hukum. Saya lari dari ketidakadilan,” katanya.
Wartawan pun terus mencecarnya. Bahwa ia tetap bersalah karena melarikan diri. Ghosn dengan cerdas berkilah. “Kalau ada orang lari dari Korea Utara atau dari Soviet di zaman komunis dulu apakah mereka juga salah?” katanya.
Di Jepang, katanya, pemeriksa terus mendesaknya untuk mengaku. Padahal, katanya, mestinya kan mereka mencari bukti dulu. “Ini terus saja mau bersandar pada pengakuan saya,” katanya.
Baca Juga:Bupati Imbau Warga Waspada DBDPolsek Bungursari Serahkan Dua Motor Warga
Ghosn juga ditanya soal Greg Kelly. Anak buahnya di Nissan dulu. Orang Amerika. Yang masih ditahan di Jepang (DI’s Way:Uang Sulit).
Ia memuji-muji Greg. Amerika, katanya, harus menolongnya.
Rasanya belum semua kartu dibuka oleh Ghosn. Tuduhannya bahwa pemeriksa diperalat Nissan dan pemerintah Jepang belum ia ungkap. Ia masih terlihat main tai chi. Belum semua jurus dikeluarkan.
Yang Ghosn tidak bisa mengerti adalah mengapa dirinya disingkirkan dari Nissan. Padahal ialah yang menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan.
Ia merasa telah dikudeta. Oleh manajemen baru Nissan yang dulu anak buahnya.
“Coba bayangkan,” katanya, “Penyelewengan yang dituduh kan kepada saya itu sekitar Rp 200 miliar. Tapi biaya yang yang dikeluarkan untuk mendepak saya ini Rp 2 triliun.”