Belum lagi, katanya, setelah ia tidak di Nissan kondisi perusahaan merosot terus. Nilai kemerosotannya puluhan triliun. Laba operasi Nissan tahun lalu hancur lebur. Turun lebih 90 persen.
CEO yang menggantikannya itu pun diberhentikan. Bukan saja karena kondisi perusahaan memburuk. Juga karena Saikawa dituduh melakukan penyelewengan keuangan. Yakni memberikan bonus terlalu besar bagi manajemen Nissan –termasuk dirinya.
“Mengapa Saikawa tidak ditahan seperti saya,” ujar Ghosn.
Yang kini Ghosn merasa senang adalah jelas: bisa berkumpul kembali dengan isterinya. Pun bisa berhubungan dengan keempat anaknya –dari istri yang dulu.
Baca Juga:Musim Hujan, Bangunan Sekolah Rawan AmbrukMasyarakat Harus Terapkan PHBS
Dan yang lebih penting ia bisa berhubungan dengan dunia luar –terutama media.
Seusai konferensi pers itu Ghosn memberikan wawancara khusus dengan New York Time.
Lebanon memang tidak punya hubungan diplomatik dengan Jepang. Tapi Lebanon sudah menandatangani pakta anti korupsi dunia.
Ghosn tahu itu. Maka ia tidak keberatan diadili. Tapi ia minta peradilan itu harus di negara yang bisa fair. Ia pilih Lebanon.
“Jepang bisa bekerjasama dengan Lebanon untuk tetap mengadili saya,” katanya.
Beirut adalah kampungnya –meski ia lahir di Brasil. Bapak-ibunya asli Lebanon. Sang bapak mengirim Ghosn kecil tumbuh di Lebanon –sebelum sekolah SMA di Prancis sampai tamat politeknik di sana.
Yang tidak disangka-sangka kemarin adalah: Ghosn ternyata mau melayani pertanyaan para wartawan. Sampai satu jam lebih.
Padahal semula dikira ia hanya bicara untuk kemudian meninggalkan ruangan.
“Kalian bisa bertanya apa saja. Pakai bahasa apa saja. Akan saya jawab. Inggris, Perancis, Arab, pun bahasa (wartawan tepuk tangan) Portugis,” ujar Ghosn di awal acara.
Baca Juga:Bupati Imbau Warga Waspada DBDPolsek Bungursari Serahkan Dua Motor Warga
Di dunia industri mobil Ghosn memang seperti Kaisar. Mana ada orang menjabat CEO tiga raksasa mobil dunia sekaligus: Renault, Nissan dan Mitsubishi.
Ia pun menduga Jepang tidak suka atas dominasi Prancis di perusahaan Jepang.
Sang Kaisar baru saja terjerembab. Ia lagi melakukan perjuangan keluar dari kubangan. Dengan penuh risiko. Penuh drama.
Mengapa risiko itu ia tempuh?
“Pilihannya mudah,” katanya. “Anda harus mati di Jepang atau melarikan diri,” tambahnya.