Terkejut Dengar Suara Patahan Kayu di Belakang Rumah
Sejak pagi hujan tak kunjung berhenti hingga petang hari di Subang, Kamis (9/1) lalu. Beberapa wilayah tepatnya di Subang Utara terendam banjir, bahkan beberapa rumah roboh. Salah satunya rumah milik Nyai Rukmini (76) yang ditempati oleh anaknya, Epi Munandar bersama istri dan satu anaknya di Cimerta Subang.
Laporan: INDRAWAN SETIADI, Subang
Hujan masih juga belum reda, sebelum peristiwa naas itu terjadi. Hani, istri Epi dan seorang anaknya memutuskan untuk tidur sambil menunggu hujan reda. Namun, belum juga sampai pada nyenyak tidur mereka, Hani dan anaknya terbangun saat mendengar patahan salah satu tiang bagian belakang rumah. Dengan cepat mereka ke luar rumah, mengungsi ke rumah tetangganya. Beruntung Kaka Ipar Hani, Ari segera datang dan memberikan bantuan hendak memasang ganjal pada salah satu tiang rumah yang patah tersebut. Tiang ganjal yang belum sempat terpasang, rumah bilik kayu itu tidak terselamatkan. Rupanya angin lebih cepat meniup rumah dari ganjalan yang disiapkan Ari.
“Itu tiang untuk ganjal sudah disiapkan, baru juga mau dipasang, sudah ambruk lebih dulu,” jelas Ari.
Melihat rumahnya ambruk, Hani hanya bisa terdiam, sambil menunggu sang suami pulang dari kerjanya. Dia termenung dihadapan runtuhan puing-puing rumah yang selama ini melindunginya dari panas matahari dan dinginnya malam hari.
Baca Juga:5.000 Transaksi Jiwasraya Diduga Investasi MenyimpangTua vs Muda
Saat kejadian sekitar pukul 14.30 WIB, para tetangga Hani di sekitar Kampung Cimerta RT 16/06 Kelurahan Pasirkareumbi langsung berdatangan, membantu menyelamatkan beberapa barang yang bisa dimanfaatkan. Kepolisian dari Polsek Subang, serta TNI dari Koramil Subang, juga dengan cepat langsung tiba di lokasi, membantu evakuasi rumah Hani yang baru saja toboh itu.
Pantauan Pasundan Ekspres, keadaan rumahnya cukup memprihatinkan. Hani mengaku, selama ini tidak pernah mendapati bentuk bantuan apapun dari pemerintah. Dari puing-puingnya saja bisa dinilai jika rumah tersebut sudah cukup tua. Dindingnya bilik bambu, tiang-tiangnya kayu rapuh, dan belum pernah direnovasi dari sejak tahun 70-an.
“Belum pernah dapat bantuan apapun. Ini kan rumah Emak, Nyai Rukmini. Kata Emak sih, belum pernah direnovasi sejak awal-awal rumah ini di bangun pada sekitar tahun 70-an,” jelas Hani.