Ditempat baru itu, Wasri berlima mulai beranjak remaja, hingga kelimanya kemudian mendapat jodoh warga setempat yang sama sama bermata pencaharian pengrajin keramik.
“Perkampungan kamipun lalu berubah nama. Dari Kampung Cidadap menjadi Babakan Karawang, dengan alasan di kampung itu banyak bermukim pengrajin gerabah asal Karawang,” lanjut Wasri.
Sebagai pengrajin gerabah dengan ciri khas membuat tempayan, periuk dan cobek, selama tinggal di Kampung Babakan Karawang tetap eksis dengan karya yang khas. Selanjutnya, hasil karya ini oleh para peneliti dari perguruan tinggi hasil produksinya, serupa dengan para pengrajin gerabah asal Ciledug Cirebon. “Orang tua kami dari sana, sebelum hijrah ke Karawang,” terangnya.
Baca Juga:Sekda Khawatir Pemda DisclaimerDampak Aktivitas Galian C Ilegal, Banjir dan Longsor hingga Polusi Udara
Setahun lalu, terjadi perubahan yang mendasar yang mengubah peta perkampungannya. Sebuah proyek nasional bernama pembangunan jalur Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) meluluhlantakan Kampung Babakan Karawang, termasuk semua warganya yang harus hengkang karena tergusur.
“Setahun lalu, kami menempati sisi Selatan Kaki Gunung Cupu Plered yang berbukit, dengan kemiringan 10-15 derajat. Namun karena kami terbiasa dengan pengembaraan, akhirnya kawasan Bebukitan Gunung Cupu, kami sulap menjadi kawasan kerajinan baru keramik Plered. Warganya merupakan pindahan dari Babakan Karawang. Akan tetapi kedua kawasan ini masih berada di satu desa yakni Desa Anjun Kecamatan Plered,” tukas Wasri.
Kini kawasan Gunung Cupu, terus bertransformasi sehingga beriringan dengan keberadaannya. Muncul pula gagasan warga lokal yang intens di bidang pariwisata budaya mulai merintis wisata hutan persis di kampung yang baru.
“Hal ini jelas membuat masa depan kami mulai terbersit cahaya paling tidak. Nantinya produk kami akan dibeli orang saat mereka mengunjungi obyek wisata baru itu, yang kini dikenal dengan nama obyek wisata Hutan Pelangi.(dyt/vry)