KARAWANG-Rencana pemerintah berencana mencabut subsidi gas 3 kg, Sejumlah Pedagang Kecil mengeluh.
Seperti Halnya disampaikan Rizky sebagai pemilik warteg di Telukjambe Timur sekitar area Unsika, sangat mengeluhkan hal itu. Karena gas adalah salah satu komponen utama dalam pembuatan masakan.
“Kalau gasnya naik, mau ga mau kita naikin harga juga. Cuma yang jadi masalah konsumennya mau terima apa engga,” ujar Rizky.
Diaungkapkanya, warteg menjadi pilihan masyarakat karena menjual makanannya dengan harga yang sangat terjangkau. Apabila warteg menaikan harganya, akan ada banyak masyarakat kecil dan pelanggan setia warteg yang terbebani.
Rizky pun berencana akan menaikan harga masakannya mulai dari Rp1.000 hingga Rp5.000. Hal itu dinilai akan membuat konsumem menjadi berkurang dan omset akan menurun dari biasanya.
“Abis mau gimana lagi, kalau kita ga menaikan harga, kita yang ga dapet untung. Kalau kita turunin kualitas, malah rasanya nanti aneh. Orang orang malah pada kabur,” lanjut Rizky.
Selain warteg, seorang ibu rumah tangga bernama Tuti yang tinggal di daerah puseurjaya, mengaku sangat terbebani. Karena jajanan yang ia dagangkan menggunakan gas untuk memasaknya. Ia biasa berjualan gorengan-gorengan hingga mie instan.
Harga yang di pasarkan pun Rp1.000 sampai Rp4.000 dan pembelinya pun biasanya anak-anak sekitar rumahnya. Hal ini lah mebuat Tuti harus memutar otak harus berjualan apalagi, apabila gas benar-benar dicabut subsidinya.
“Saya gatau harus jualan apa kalau gas bener bener naik, soalnya kan dagangan saya masaknya pake gas semua. Naikin harga juga gamungkin, karena pembelinya anak-anak”, ujar Tuti.
Tuti berharap semoga pemerintah bisa mempertimbangkan kembali hal ini, dan apabila memang hal ini adalah keputusan yang tepat, tolong berikan solusi yang tepat juga. Sebab jangan sampai masyarakat kecil yang di rugikan. (zan/ded)