Oleh: Yuyun Suminah, A. Md
Aktivis Muslimah Peduli Lingkungan Karawang
Setiap kegiatan manusia menghasilkan sampah, ya seperti itulah faktanya. Semakin banyak orang melakukan kegiatan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan, baik sampah individu, kelompok dan industri.
Di Karawang sendiri yang sudah menjadi kota industri banyak para pendatang yang menetap di Karawang, maka wajar volume sampah yang dihasilkan pun meningkat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang Wawan Setiawan menuturkan, mengacu pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yaitu potensi per orang membuang sampah antara 0,8 sampai 0,7 kilogram per hari. “Anggaplah yang buang sampah itu rata-rata 0,4 kilogram, kali 2,2 juta penduduk Karawang, berarti sudah sekitar 880 bahkan 900-an ton per hari sampah yang menumpuk,” (RadarKarawang, 13/01/20).
Sedangkan DLHK Karawang saat ini baru punya 63 unit truk untuk mengangkut sampah tidak sebanding dengan sampah yang dihasilkan yaitu 900 ton. Yang terangkut hanya 400 ton setiap harinya. Menurut kepala dinas, “Karawang mesti mempunyai 125 armada pengangkut sampah bisa saja kita cicil beli 10 truk setiap tahun. Tapi kan TPA Jalupang luasnya hanya 8 hektare tidak akan mampu menampung semua.”
Persoalan sampah ini sangat krusial ketika tidak ditangani dengan tepat oleh Pemda. Bisa berdampak buruk terhadap lingkungan karena sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan luas lahan TPAnya. Maka pemerintah Karawang pun menyerahkan persoalan sampah ini kepada pihak swasta dengan menggulirkan anggaran 5 juta US dolar untuk pembangunannya.
Lantas bagaimana pengelolaan sampah ini?
1. Kesadaran Setiap Individu
Membangun kesadaran setiap individu dengan menyortir sampah berdasarkan jenisnya, seperti sampah organik dan non organik. Yang mencakup sampah organik adalah sampah-sampah alami seperti dedaunan, ranting pohon, dan sisa makanan. Sampah organik mudah terurai di alam.
Selain itu sampah organik juga dapat bermanfaat untuk bahan pembuatan pupuk kompos.
Adapun sampah non organik contohnya adalah plastik, kaleng, styrofoam, dan sebagainya. Bahan sampah non organik yang rata-rata merupakan benda yang diciptakan oleh mesin sangat sulit terurai. Bahkan sampah seperti plastik baru dapat terurai di tanah selama ratusan tahun, dan sebelum terurai plastik tersebut dapat turut merusak lingkungan. Oleh karena itu, sampah non organik harus dipisahkan dari jenis sampah lainnya dan didaur ulang.