Dia mengatakan, buah naga Colombia harus ditanam di ketinggian antara 600 – 1500 Mdpl. Jika ditanam pada dataran rendah maka buahnya rata-rata hanya sebesar ibu jari kaki atau 150 gram – 200 gram saja. Alhasil saat ini hanya mampu produksi di dataran tinggi saja seperti di Surabaya dan Bali hanya sekala kecil saja.
Sementara buah naga Palora, kata dia, yang hampir mirip dengan buah naga Colombia ini relatif berkembang baik di dataran rendah tetapi hasilnya tidak maksimal rata – rata buahnya kisaran 250 – 350 gram saja.
“Karena habitat aslinya di dataran menengah ke atas sehingga keduanya kurang berkembang baik di Indonesia. Petani buah naga banyak di dataran rendah seperti Riau, Kalimantan dan Sumatera juga para petani di Jawa timur,” ujarnya.
Berbeda dengan buah naga kuning tanpa duri yang mampu beradaftasi pada kondisi lahan marginal dan ekstrem yang kekurangan air, sehingga perkembangannya pasti sangat cepat.(ysp/vry)