“Pembebasan lahan melalui Tenjolaut, Gambar Sari, lalu ke luar atau masuk via Desa Lengkong Cipeundeuy itu relatif sedikit biaya. Menjadi irit. Paling hanya tanah perkebunan saja yang kena pembebasan, karena jalur melewati kebun karet,” jelasnya ketika itu.
Keuntungan lainnya, Adi Karta menambahkan, bisa menghidupi akses wisata alam yang ada di Kalijati. Apalagi jika gerbang tol Cipeundeuy akan segera di buka. Maka jalur itulah yang menurutnya tepat untuk dibangun dan digunakan sebagai akses jalan alternatif Kalijati-Serangpanjang. “Entah progres pembangunan jalan lingkar Selatan sampai saat ini sudah sampai mana,” tanya Adi Karta.
Disisi lain, satu minggu sebelum ramai kabar TPA Panembong akan dipindahkan ke Desa Jalupang, Pemdes Jalupang sedang mempersiapkan launching wisata alam yang sedang mereka kerjakan, yaitu wisata Curug Luhur. “Sedikitnya ada 3 curug di kawasan curug luhur. Antara lain, Curug Ciuncal, Curug Cipancuh, dan Curug Luhur itu sendiri,” paparnya.
Pesona curug-curug tersebut, menurut salah satu masyarakat, H Minta, keunikan dari curug luhur ini adalah pelangi yang melingkar di sekitar curug luhur, namun kehadiran pelangi tersebut tidak bisa disaksikan setiap waktu.
“Biasanya ada pelangi, dan air curug ini juga dipercaya memiliki banyak khasiat. Makanya banyak para pengunjung dari Cikampek, Purwakarta, Kota Bekasi dan Karawang yang datang. Selain untuk menikmati keindahan curug, juga untuk ziarah ke makam salah satu tokoh penyiar agama islam sekaligus pejuang kemerdekaan Syekh Abdul Muhyi,” jelasnya.
Curug berikutnya adalah Curug Ciuncal, memiliki tinggi lebih dari 4 meter, dan struktur curug yang berundak membuat air mengalir dengan deras semakin memanjakan kita yang berada di bawahnya.
Baca Juga:Serap Aspirasi Nelayan Patimban, DPRD Crosscheck Informasi di LapanganKoni Targetkan Posisi 10 Besar
Selain keindahan alam yang ditunjang dengan kehadiran tiga Curug, wilayah itu juga diyakini sebagai tempat yang memiliki nilai sejarah. Yaitu persembunyian dan baku tembak para penjajah, baik Jepang maupun Belanda dengan para pejuang Indonesia.
“Banyak goa juga di sini. Masyarakat meyakini di sini dulu tempat perang, meski harus dibuktikan dengan penelitian yang jauh lebih mendalam,” tambahnya.
Hingga akhirnya, munculah sebuah kondisi darurat, yang memaksa Pemda Subang harus mengambil sikap untuk menentukan lokasi pengganti. Lantaran, TPA Panembong sudah dalam keadaan sangat darurat, tidak lagi mampu menampung sampah. Hingga hari ini kondisi tersebut menjadi perbincangan masyarakat Kalijati, pro dan kontra di tengah masyarakat terus bergejolak.