Oleh: Dahlan Iskan
Sudah 16 hari terakhir ini jumlah penderita baru virus Corona terus menurun.
Itu di Tiongkok.
Termasuk di pusat virus itu sendiri: di provinsi Hubei dengan ibu kotanya Wuhan.
Dua hari terakhir ini –untuk pertama kali– jumlah penderita baru di Hubei kurang dari 1.000 orang. Bahkan kurang dari 500 orang.
Baca Juga:Cuaca Ekstrem, Nelayan Subang Kesulitan MelautAnak-anak di Karawang Ikut Kampanye Pilkades
Rabu lalu penderita baru tinggal 349 orang. Hari berikutnya angka itu turun lagi –tapi naik sedikit karena ada penderita baru yang telat didaftar: yang menyerang narapidana di penjara.
Setelah dijumlahkan tetap saja jumlah totalnya tidak sampai 500 orang.
Padahal sejak 22 Januari bulan lalu selalu saja jumlah penderita baru di atas 2.000 orang. Bahkan pernah di atas 6.000 orang. Per hari.
Apalagi ketika hari pertama tim kesehatan diterjunkan ke tengah masyarakat. Dua minggu lalu. Ditemukanlah dalam sehari itu 14.000 lebih penderita.
Keesokan harinya ditemukan lagi 9.000 lebih.
Waktu itu pemeriksaan dari rumah ke rumah mulai dilakukan. Pemerintah Hubei tidak mau lagi ada penderita yang tidak terdeteksi –hanya karena mereka tidak mau datang ke klinik atau rumah sakit.
Program serupa dilakukan di Provinsi Guangdong. Khususnya di ibu kotanya, Guangzhou. Juga di kota besar kedua, Shenzhen.
Guangdong memang provinsi kedua yang terbanyak penderita virus Corona. Provinsi ini juga tercatat sebagai asal muasal berkembangnya virus SARS tahun 2002 lalu.
Operasi door to door di Guangzhou itu tidak hanya menemukan penderita virus, tapi juga menemukan Xu Zhiyong.
Baca Juga:Ada Reog dan Barongsai di Desa CikuntulTekan Sampah Plastik, Pemkab Purwakarta Luncurkan Gerakan Purwakarta Sejuta Tumbler
Xu adalah tokoh gerakan demokrasi di Tiongkok. Umurnya 46 tahun. Organisasi yang ia dirikan: Gerakan Baru Warga.
Tentu saja Xu terus dikejar pemerintah. Terutama setelah melakukan pertemuan aktivis demokrasi di Kota Xiamen yang juga dikenal dengan nama Kota Amoy, Fujian.
Setelah pertemuan itu Xu terus bergerilya ke kota-kota lainnya: menemui jaringan aktivis pro-demokrasi. Ia terus membina para aktivis itu.
Pergerakan Xu terus dimonitor pemerintah. Ia juga dikejar untuk ditangkap.
Tapi Xu bisa terus berpindah tempat. Sampai akhirnya pergerakannya itu kebentur virus Corona.
Sejak wabah Corona menggila, pergerakan manusia memang dibatasi. Terutama di kawasan selatan Tiongkok. Bahkan banyak kota yang penduduknya dilarang keluar rumah.