Ia tahu hasil penelitiannya itu akan sulit diterapkan. ”Perseroan terbatas itu kesannya kan kapitalis,” ujar Dr Edi. Itu pula yang membuat saya sempat salah sangka: mengira ia Tionghoa. Bahkan saya sempat menyapanya dalam bahasa Mandarin –dan ia hanya bisa melongo.
”Citra kapitalistik” itu yang harus dihilangkan Edi –secara sungguh-sungguh di dunia nyata.
Di Wonogiri ia menemukan satu lembaga tani yang kuat, mandiri dan amat dipercaya petani.
Baca Juga:Tarjana Nataraharja Pimpinan Pemuda Panca MargaAlih Profesi Manfaatkan Lahan, Nelayan Patimban Tanam Bawang Merah
Yang ia temukan itu bukan lembaga tani yang selalu mengandalkan bantuan dan fasilitas dari pemerintah –yang membuat petani tidak pernah mandiri itu.
Itulah asosiasi petani organik. Yang diketuai Hanjar al Gontori itu.
Waktu itu Hanjar baru berumur 29 tahun. Kepribadiannya santun. Otaknya cerdas. Gaya bicaranya antusias –tapi tertata rapi.
Saat Hanjar bertemu Dr. Edi ia merasa punya kecocokan ide. Yakni bagaimana membuat petani bisa mandiri.
Hanjar juga bisa menerima ide untuk memulai lembaga tani baru. Yakni lembaga berbentuk perseroan terbatas –tanpa jatuh ke kapitalistik.
Seperti apa?
Sebaiknya jangan diuraikan di DI’s Way hari ini. Toh DI’s Way masih akan terbit lagi besok pagi.